Judul :
Yeppeun Namja
Genre :
Drama, Romantic
Author :
Lee Ara
Cast :
Ayumi (Yumi), Park Jung Soo (Leeteuk), Kim Heechul, Lee Donghae, Cho Kyuhyun,
Aerin, Yesung, Jessica
Hari ini Yumi ada jadwal kuliah pagi.
“Kalian masih ingat, kan tugas paper yang minggu lalu saya sampaikan?
Nah, tugas itu akan saya jelaskan kembali cara pengerjaannya. Saya akan membagi
kalian ke dalam kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari dua orang yang
saya tentukan sendiri setiap anggota kelompoknya. Nah, kalau begitu saya akan
bacakan sekarang daftar kelompoknya!” terang Dosen Shin.
Dosen Shin mulai membacakan satu per satu daftar kelompok untuk tugas
paper yang berjangka waktu pengerjaan satu bulan. Setiap kelompok ditugaskan
untuk melakukan observasi, sosialisasi dan wawancara ke beberapa tempat,
misalnya seperti panti asuhan, panti jompo, dan lain-lain.
“Hei, kita sekelompok!” seru Yumi pada Donghae. Donghae sempat menoleh
dan mengangguk kecil lantas kembali membuang pandangannya ke tempat lain.
Gara-gara itu Yumi jadi mengerucutkan bibirnya karena merasa tidak dianggap
oleh Donghae.
Saat jam kuliah berakhir. Kebetulan hari ini Yumi hanya ada satu mata
kuliah.
“Mwo? Kau satu kelompok dengan Donghae? Jinjji? Dia, kan
personel Geng Prince! Apa kau tidak takut, huh?” seru Aerin tidak percaya,
ditambah ekspresi Yumi menunjukkan kalau perasaannya biasa-biasa saja saat ini,
tidak ada perasaan khawatir pada Donghae mengingat insiden beberapa waktu lalu.
“Eoh, aku sekelompok dengan Donghae. Molla, aku rasanya biasa
saja. Maksudku menurutku Donghae itu berbeda dengan Heechul dan Kyuhyun. Aku
yakin kalau Donghae itu lebih baik dari pada teman-temannya!” sahut Yumi.
“Hh, semoga saja perkataanmu itu benar. Eh, apa kau tahu dimana Yesung
oppa? Apa dia menghubungimu?” tanya Aerin tiba-tiba saja menyerempet ke Yesung.
“Molla. Bukankah kemarin kalian bertemu?” Yumi terlihat sedikit
gugup. Yumi ingin menghindar dari perbincangan mengenai Yesung ini. Ia jadi
merasa tidak enak kalau mengingat semalam Yesung baru saja menemuinya tanpa
sepengatahuan Aerin, terlebih lagi pria itu datang untuk mengharapkan cinta
lamanya lagi.
“Eoh. Tapi setelah pulang dari apartmenku dia seperti menghilang. Dia
mematikan ponselnya. Aku takut. Kemarin kami sedikit bertengkar,” terang Aerin.
Aerin juga berusaha menyembunyikan alasan pertengkarannya kemarin dengan Yesung
adalah karena Yumi.
“Oh, begitu? Sayang sekali aku juga tidak tahu dimana dia. Aku sudah
jarang sekali berkomunikasi dengan Yesung oppa. Bahkan baru kemarin itu aku
bertemu lagi dengannya saat denganmu,” kilah Yumi menyembunyikan kenyataan
bahwa semalam Yesung mendatanginya ke rumah kontrakannya.
“Ne, arasseo...,” jawab Aerin seraya tertunduk lesu.
Bagaimana ini? Apa Yesung oppa tidak pulang setelah
menemuiku semalam? Apa yang harus aku katakan pada Aerin? Ah, tidak! Kalau aku
cerita pada Aerin nanti dia malah akan marah dan kecewa padaku. Hh, dimana Yesung
oppa sekarang? Apa dia benar-benar akan meninggalkan Aerin? Oppa, jangan
lakukan itu, aku mohon! -Yumi-
Yumi melihat Donghae dari kejauhan sedang berdiri bersandar di dinding
koridor, ia asyik dengan earphone di telinganya seraya kepalanya
bergoyang-goyang lembut menikmati irama musik yang langsung masuk ke
telinganya.
“Eh, sepertinya itu Lee Donghae. Aku kesana dulu, ya!” seru Yumi pada Aerin.
“Kau yakin mau kesana? Hh, ya sudah. Aku pulang duluan, ya! Aku ingin ke apartmen
Yesung oppa,” kata Aerin yang sedang mencemaskan keadaan Yesung.
“Ne!” sahut Yumi. Yumi lantas berlari kecil menuju Lee Donghae, “Ya!
Jeogiyo!” sapa Yumi sok akrab di depan Donghae seraya tersenyum.
Nafasnya masih sedikit ngos-ngosan karena habis berlari. Donghae sekilas
melihat Yumi lalu menengok ke kanan dan ke kiri, ia lantas melepaskan earphone-nya,
“Kau bicara padaku?” tanya Donghae.
“Tentu saja? Disini, kan hanya ada dirimu,” jawab Yumi. “Waeyo?”
tanya Donghae kemudian. “Kapan kita akan mulai mendiskusikan paper kita?” tanya
Yumi bersemangat sampai terbatuk-batuk akibat efek berlari juga.
Donghae sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan Yumi, “Kalau besok
aku tidak bisa. Mungkin nanti sore aku bisa,” kata Donghae sedikit terkesan
cuek. “Huh? Nanti sore? Aku... aku tidak bisa. Aku harus bekerja. Benar kau
besok tidak bisa?” tanya Yumi setengah memaksa.
“Eoh. Aku harus ke Jepang untuk menemui ayahku,” jelas Donghae. Yumi
terlihat berpikir. “Geurae. Aku usahakan untuk ijin bekerja. Lalu dimana
kita bertemu?” Yumi akhirnya pasrah. “Di apartmenku saja. Nanti aku kirimkan
alamatnya padamu,” kata Donghae. Akhirnya mereka sepakat untuk mendiskusikan
paper itu di apartmen Lee Donghae.
Tanpa mereka sadari ada dua pasang kuping yang menguping pembicaraan
mereka. Yumi pamit pergi meninggalkan Donghae. Dua orang yang sejak tadi
mengamati Donghae dan Yumi akhirnya menunjukkan sosok mereka, “Donghae-ya! Apa
yang kau bicarakan tadi dengan yeoja Indonesia
itu? Apa kalian berkencan, huh?” selidik Kyuhyun berpura-pura curiga.
“Huh? Eobseo!” jawab Donghae mencoba berkelit. Ia tidak ingin
kedua sahabatnya itu membuat masalah lagi. “Jangan bohong! Aku sudah
mendengarnya kalau kalian akan bekerja kelompok,” timpal Heechul, Si Pangeran
cantik.
“Kalau sudah tahu kenapa masih bertanya padaku?” komentar Donghae
kesal. “Haha! Kami hanya sedang mengujimu,” seru Kyuhyun seraya terkekeh. Kyuhyun
mencoba menggoda Donghae dengan mengacak rambut Donghae
“Hei, serahkan gadis itu padaku!” ucap Heechul sengaja mendekatkan
wajahnya pada Donghae. Ia mengeluarkan ekspresi wajah serius. Donghae hanya terdiam
tanpa merespon sedikitpun, “Apa yang akan kau lakukan?” tanya Donghae pada
akhirnya. Ia merasa khawatir pada apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya itu.
“Lihat saja besok!” Heechul tersenyum menyeringai seraya menaikan satu
alisnya seperti seorang tokoh antagonis.
_____
Seorang pria mengenakan topi dan jaket berwarna merah menunggu Yumi di
seberang gerbang kampus, “Yumi-ssi!” seru Jung Soo saat melihat Yumi keluar
dari gerbang kampusnya. Gadis itu menoleh ke arah namja itu lantas
tersenyum. Tanpa menunggu lama ia berlari menghampiri kekasihnya itu, “Aku
merindukan oppa!” seru Yumi setengah manja pada namja yang lebih tua tujuh tahun darinya itu.
Jung Soo tersenyum gemas melihat kekasihnya begitu manja padanya, “Baru
ditinggal satu hari saja sudah seperti ini, apalagi kalau ditinggal
bertahun-tahun,” kata Jung Soo seraya mencubit gemas pipi Yumi.
“Aw! Sakit, oppa!” seru Yumi seraya menepis lengan Jung Soo.
Dari kejauhan, Prince Gank ternyata mengamati Yumi dan Jung Soo.
“Siapa orang itu?” tanya Heechul. Heechul mengamati sepasang kekasih
itu dengan tatapan yang seakan-akan menyelidik.
“Aku tidak tahu. Mungkin kau tahu?” kata Kyuhyun seraya menoleh pada Donghae.
“Aku? Hei, jangan mentang-mentang aku sekelas dengannya jadi aku harus
tahu betul tentang yeoja itu, huh! Aku tidak tahu siapa namja yang bersamanya
itu!” timpal Donghae yang merasa sedikit kesal karena selalu saja di sangkut
pautkan dengan Yumi sejak Heechul mengetahui kalau mereka berdua satu kelas.
***
Hari ini aku harus ijin
bekerja setengah hari saja pada oppa. Ini semua karena aku sudah berjanji pada Donghae.
Kami akan mulai mendiskusikan tugas paper yang diberikan oleh Tuan Shin. Itu
artinya selama sebulan ke depan aku akan sering berkomunikasi dengan Donghae. Jung
Soo oppa sebenarnya sempat merasa khawatir dan cemburu setelah mendengarnya,
tapi syukurlah aku bisa memberi pengertian padanya.
Pukul empat sore aku sudah
meninggalkan kafenya Jung Soo oppa. Aku pergi ke alamat yang diberikan oleh Donghae
padaku sebelumnya. Jung Soo oppa bersikeras untuk mengantarkanku kesana,
terpaksa aku menuruti maunya. Ya, setidaknya dengan begitu dia bisa lebih
tenang. Usai saling mengucapkan kata-kata perpisahan aku langsung memasuki
gedung apartmen itu, tempat dimana Donghae tinggal. -Yumi-
Yumi menekan bel di pintu
apartmen itu. Tak lama seseorang di dalam membukakan pintu untuknya. Terlihat
sosok pria tampan berambut cokelat dengan senyuman yang khas. Lee Donghae. Pria
itu mempersilahkan Yumi masuk. Yumi dan Donghae duduk di ruang tamu. Ukuran
ruang tamunya cukup besar dengan penataan tata letak barang yang rapi. Terlihat
jelas dari sang pemilik yang juga selalu terlihat rapi.
“Oh, aku lupa menawarkanmu minuman. Aku hanya memiliki soft drink.
Sebentar, ya aku ambilkan!” tawar Donghae. Pria bertubuh kekar itu langsung
menuju ke dapurnya mendekati kulkas dan kembali dengan menggenggam dua kaleng
minuman.
“Gomawo,” ucap Yumi saat Donghae memberikan sekaleng minuman
padanya. Yumi mengikuti Donghae membuka tutup kaleng minuman itu dan meneguknya
perlahan. “Kau tinggal sendiri disini? Lalu orang tuamu?” tanya Yumi yang
melihat kalau di apartmen itu hanya ada Donghae dan dirinya saja.
“Orang tuaku di Jepang, mereka mengurus usaha perhotelan keluarga kami disana,”
terang Donghae. “Wah, kau memang anak orang kaya, ya! Beruntung sekali!” seru
Yumi seraya memandang kagum pada sosok Lee Donghae.
“Aku tidak menduga setelah malam itu kita pertama kali mengobrol,
sekarang kita malah dipasangkan oleh Tuan Shin. Apa kau tidak merasa takut
padaku? Aku, kan temannya Kim Heechul,” ujar Donghae terlihat serius menatap
wajah Yumi.
“Huh? Ya... sebenarnya aku sedikit merasa takut. Tapi aku tanamkan di
pikiranku kalau Lee Donghae dan Kim Heechul adalah orang yang berbeda.
Setidaknya kau tidak lebih menyeramkan dari dia,” jawab Yumi.
Donghae terlihat tersenyum bahkan sedikit terkekeh mendengar jawaban
Yumi, “Jadi apa rencanamu dengan paper kita?” Donghae akhirnya mulai
menyinggung tugas yang harus mereka kerjakan hari ini.
“Um..., bagaimana kalau kita mendatangi panti asuhan saja? Aku rasa
anak-anak lebih mudah untuk didekati. Selain itu, aku juga sangat menyukai
anak-anak,” seru Yumi. “Hm..., boleh saja. Aku juga suka anak-anak,” sambung Donghae.
Yumi langsung terlihat sumringah, “Apa kau ada referensi panti asuhan
mana yang harus kita datangi? Hehe, aku masih belum begitu hapal tempat-tempat
disini,” kata Yumi yang seorang pendatang dari Indonesia.
“Hm, aku pernah dengar panti asuhan Lovely Day, tempatnya dekat dengan
rumah Kyuhyun. Bagaimana kalau disana saja? Kau tidak takut, kan?” kata Donghae.
Yumi sedikit merasa tersinggung, “Hh, apa-apaan kau ini? Selalu saja menanyakan
aku takut atau tidak!” protes Yumi kesal.
“Baiklah. Baiklah. Kau memang yeoja pemberani,” kata Donghae seraya terkekeh.
“Kalau begitu sekarang kita buat bab pendahuluannya saja, bagaimana?” ajak Yumi
penuh semangat. Gadis ini memang tidak pernah menunda-nunda pekerjaan. Selama
bisa dikerjakan hari ini, maka ia akan langsung mengerjakannya.
“Huh? Sudah mau membuatnya sekarang?” Donghae sepertinya terkejut
dengan semangat Yumi. “Maja! Lebih cepat lebih baik, kan? Haja!”
seru Yumi bersemangat. Akhirnya Donghae mengeluarkan notebooknya untuk
mengerjakan bab awal tugas paper mereka itu. Selama mereka mengerjakan
pendahuluan tugas mereka, Donghae terlihat tidak tenang.
Berkali-kali Yumi memergoki Donghae melihat jam, “Ada apa?” tanya Yumi
penasaran. Rupanya Yumi bisa merasakan kalau Donghae tidaklah sesemangat
dirinya hari ini. Yumi bisa melihat kalau Donghae seperti mencemaskan sesuatu.
Donghae akhirnya buka suara, “Sebenarnya Kyuhyun bilang dia akan datang
hari ini. Aku tidak ingin kalian bertemu disini,” jelas Donghae. “Jeongmalyo?
Ya, sudah. Kalau begitu aku segera pulang saja. Ini juga sudah hampir selesai,
kan! Aku rasa kau bisa meneruskannya. Tinggal sedikit lagi,” kata Yumi.
“Serahkan saja padaku!” seru Donghae antusias. “Aigo! Aku lupa tidak
membawa flash disc,” seru Yumi seraya mengacak-ngacak isi tasnya. Rupanya ia
kelupaan membawa flash disc. “Gwaenchanha. Di notebookku juga aman. Lagi
pula aku tidak suka sembarang flash disc menyentuh notebook pribadiku,” jelas Donghae.
“Ish! Kau ini berlebihan sekali. Ya, sudah kalau memang aman. Ganda!”
Yumi pamit dan segera meninggalkan apartmen Donghae. Saat hendak keluar dari
gedung apartmen itu, tanpa sengaja ia berpapasan jalan dengan Kyuhyun, hanya
saja Yumi tidak menyadarinya karena ia terus menunduk memainkan ponselnya.
***
Aerin mendatangi apartmen Yesung. Sesampainya di depan apartmen itu,
sama sekali tidak ada yang membukakan pintu padahal Aerin sudah berkali-kali
menekan belnya. Akhirnya terpaksa Aerin memaksa masuk ke apartmen itu karena
sebenarnya ia hapal kode sandi pintu apartmen Yesung.
Aerin mencari Yesung di dalam apartmen itu, tapi namja bermata
sipit itu tidak ada disana. Aerin memasuki kamar Yesung. Ia merasa sedikit
frustasi dengan menghilangnya Yesung. Berkali-kali Aerin menghela nafas seolah
ia sangat putus asa saat ini. Mata Aerin tiba-tiba saja menangkap penampakan
selembar kertas di atas tempat tidur Yesung. Karena penasaran ia membaca isi
dari kertas itu.
Aerin, aku tahu kau akan datang ke apartmenku. Maafkan
aku. Selama ini aku telah membohongimu. Aku tidak kuat lagi menyimpan semua
ini. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri dengan mengatakan aku mencintaimu.
Ya, kau benar. Aku memang masih sangat mencintai Ay. Hatiku sangat sakit saat
Ay memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami demi dirimu, sahabatnya. Maafkan
aku karena mengatakan ini. Tolong jangan membenci Ay. Aku harap kau bisa
mendapatkan pria yang lebih baik dari pada aku. Maafkan aku, Aerin. Yesung.
Betapa remuknya hati Aerin setelah membaca surat yang ditulis oleh Yesung.
Tanpa sadar air mata mengalir deras dari pelupuk mata gadis cantik itu.
Perasaan marah, kecewa, sedih dan patah hati benar-benar telah menguasai Aerin
saat ini. Tubuh Aerin bergetar hebat menahan gejolak emosi dari dalam dirinya.
Aku tidak pernah menduga akan seperti ini. Yesung memang tidak pernah
mencintai aku. Aku sangat mengetahui itu lebih dari siapapun. Tapi aku tidak
menyangka kalau ini masih soal Ay. Saat ini aku benar-benar merasa kesal dan
marah pada Ay yang ternyata telah merencanakan semuanya. Kenapa dia harus
melakukan itu? Kalau saja Ay tidak pernah memutuskan Yesung dan berkorban
perasaan demi aku tentunya aku tidak akan sesakit saat ini, aku tidak akan
merasa serendah ini. Perempuan itu telah membuat aku seakan mengemis-ngemis
hati Yesung untukku! Dia sudah mencoreng harga diriku. Tidak bisa kumaafkan,
tidak akan. -Aerin-
***
Di kediaman Kim Heechul. Seorang namja muda berambut gondrong yang
dicat merah tengah sibuk berkutat dengan gadgetnya. Sesekali ia menyesap
minuman dan kembali diletakkannya gelas mahal itu di atas meja. Ya, namja itu
adalah Kim Heechul. Namja yang satu ini berkulit putih bersih dan berwajah
cantik, bahkan ia lebih cantik dari pada seorang wanita. Heechul benar-benar
seorang pangeran. Namun sayang sekali, parasnya yang indah itu tidak seindah
sifatnya yang sedikit keras dan egois.
Seekor kucing berbulu abu-abu datang menghampirinya seraya mengusap-usapkan
kepalanya ke kaki Heechul. Kucing itu adalah Heebum, peliharaannya Heechul. Heebum
lah yang selalu menjadi teman setia Heechul selain Kyuhyun dan Donghae. Bedanya
Kyuhyun dan Donghae adalah sahabat setia Heechul saat di kampus dan diluar,
sedangkan Heebum sahabat Heechul ketika di rumah.
Rumah tempat kediaman Kim Heechul sangatlah besar. Ada beberapa pelayan
yang bertugas melayani segala kebutuhan sang pemilik rumah, tapi entah kenapa
jika dilihat dari dekat rumah ini memiliki aura yang jauh dari kebahagiaan dan
rasa nyaman.
Orang tua Kim Heechul selalu bepergian ke luar negeri dan meninggalkan
putranya itu bersama dengan para pelayan di rumah mereka. Oleh karena itu,
meskipun hidupnya serba berkecukupan tetapi Heechul merasa tidak pernah puas.
Ia seolah mencari sesuatu yang lain yang belum pernah ia dapatkan selama
menjadi Tuan Muda Kim.
“Tuan muda, Tuan Shin sudah tiba dan sekarang ia sedang menunggu tuan
di ruang tamu,” kata salah seorang pelayan wanita. “Bagus. Suruh dia menunggu,
aku akan segera kesana menemuinya. Dan jangan lupa siapkan minuman untuk kami,”
perintah Heechul.
“Baik, Tuan muda!”
Setelah Tuan Shin menunggu Heechul selama hampir 30 menit, akhirnya
Prince Heechul menunjukkan sosoknya. “Tuan Shin Donghee, maaf sudah menunggu
lama,” kata Heechul seraya duduk di sofa yang berhadapan dengan sofa yang
diduduki oleh Tuan Shin.
“Ah, tidak apa-apa. Kalau boleh tahu, kenapa anda memanggil saya
kemari?” kata Tuan Shin takut-takut. “Tuan Shin, bolehkah aku meminta
bantuanmu?” tanya Heechul memulai pembicaraan sesungguhnya dengan sebuah
seringai tajam. Heechul tampak sedikit menakutkan.
“Apa yang bisa saya bantu? Saya akan melakukannya untuk anda, Tuan
muda!” seru Tuan Shin seraya mengelap keringat dinginnya. Padahal di ruangan
itu cukup dingin karena AC yang menyala, tapi Tuan Shin justru berkeringat.
“Aku ingin pindah ke kelasmu. Kau tahu, kan mahasiswi yang bernama Yumi
itu? Aku sedang mengincar dia,” Heechul berterus-terang.
Sementara itu, di lain tempat.
Kediaman Park Jung Soo. Kakaknya Jung Soo tiba-tiba menelpon Yumi
mengabarkan kalau Jung Soo tiba-tiba saja demam. Karena sangat khawatir pada
keadaan namja itu, Yumi memutuskan langsung mendatangi rumah Jung Soo
sepulangnya ia dari apartmen Donghae.
“Oppa, bukankah tadi oppa baik-baik saja? Kenapa sekarang bisa demam begini?”
Yumi terlihat khawatir. Ia langsung mengambil posisi duduk di sebelah Jung Soo
yang sedang berbaring.
Jung Soo yang dikhawatirkan malah tersenyum lembut memamerkan dimple smile-nya. Padahal terlihat jelas
kalau ia sedang sakit, tapi ia masih bisa tersenyum. Keringat dinginnya juga
banyak sekali sampai membasahi wajah dan pakaian yang dikenakannya.
“Hei, kenapa malah tersenyum? Dia bertanya padamu, apa kau tidak
mendengarnya?” omel In Young, kakak perempuan Jung Soo. Untung saja ada In
Young yang menemukan Jung Soo dalam keadaan menggigil, kalau tidak Jung Soo
pasti tidak akan mau mengabari Yumi dan menahan sakitnya sendiri.
“Oppa, kenapa senang sekali membuatku khawatir, sih?” protes Yumi
mencubit pelan lengan Jung Soo.
“Yumi, tolong kau jaga Jung Soo, ya. Aku harus segera pulang. Aku tadi
kemari membawakan dia makanan kesukaannya. Tolong suapi dia. Aku yakin kalau
kau yang menyuapi dia tidak akan menolak,” pinta In Young.
“Ne, eonni. Aku akan merawat oppa,” jawab Yumi dengan pasti.
“Nuna mau kemana?” tanya Jung Soo seolah tidak ingin ditinggalkan oleh In
Young.
“Tentu saja mau kembali pada suami dan anakku! Kau jangan bandel,
menurutlah pada Yumi, dan segeralah sembuh! Aku tidak akan mengatakan pada ibu
kalau kau sakit. Kalau ibu sampai tahu kau sakit pasti ibu akan sangat
khawatir,” omel In Young yang sebenarnya sangat mengkhawatirkan adik
tersayangnya itu.
“Ne, nuna. Arasseo!” jawab Jung Soo. In Young akhirnya pulang ke
rumahnya sendiri. Dan sekarang hanya tinggal Jung Soo yang terbaring dengan
tubuh menggigil ditemani oleh Yumi yang setia merawatnya.
“Oppa, makan, ya!” Yumi menyodorkan makanan yang dibawakan oleh In
Young. Ia hendak menyuapi Jung Soo dengan makanan yang dibawakan oleh In Young
tadi. Jung Soo mengangguk tanda ia mau disuapi. Tiba-tiba gadis itu terkekeh
sendiri.
“Kenapa kau tertawa?” tanya Jung Soo tidak mengerti sekaligus merasa
aneh. “Aku hanya merasa ini lucu. Oppa seperti anak kecil saja. Aku merasa
sedang menyuapi anakku,” kata Yumi seraya tertawa.
“Mwo? Andwae! Aku tidak mau menjadi anakmu! Aku ini, kan
suamimu!” timpal Jung Soo lantas ia pun ikut terkekeh. Setelah bersenda gurau
bersama, Yumi masih menyuapi Jung Soo hingga menghabiskan semua makanan itu.
Yumi juga memberikan obat untuk diminum oleh Jung Soo. “Oppa...,” panggil Yumi dengan
lembut.
“Hum?” jawab Jung Soo. “Oppa mungkin kecapean. Aku ingin merawat oppa. Apa
boleh aku menemani oppa malam ini?” pinta Yumi seraya mengusap-usap punggung
tangan Jung Soo. “Kenapa bertanya segala? Tentu saja aku senang kalau kau mau
menemaniku!” jawab Jung Soo. Tubuh Jung Soo tiba-tiba menggigil lagi.
Yumi dengan cekatan langsung menyelimuti tubuh Jung Soo dengan selimut,
tapi rupanya selimut itu terlalu tipis dan belum cukup untuk menghangatkan tubuh
kekar seorang Park Jung Soo, “Ini dingin sekali...,” suara Jung Soo terdengar
tidak jelas karena ia sekarang ini benar-benar menggigil kedinginan.
Yumi mulai sedikit panik saat ini. Ia lantas naik ke tempat tidur itu
dan berbaring disebelah Jung Soo. Ia lantas memposisikan tubuh Jung Soo
menghadap dirinya lalu memeluk tubuh Jung Soo dalam posisi berbaring. Ajaibnya,
perlahan-lahan kondisi Jung Soo mulai baikan.
“Bagaimana sekarang, hum?” tanya Yumi ingin memastikan. “Sudah lebih
baik,” jawab Jung Soo seraya tersenyum lembut. “Syukurlah,” ucap Yumi lega.
Yumi hendak melepaskan pelukannya tapi malah ditahan oleh Jung Soo.
Jung Soo menahan tubuh Yumi, “Tolong jangan lepaskan! Biarkan saja
seperti ini,” pinta Jung Soo. Ia masih ingin berada dalam pelukan Yumi. Ia
masih ingin merasakan nyamannya pelukan orang yang dicintainya. Yumi tersenyum
mengerti. Akhirnya mereka berdua tertidur sampai esok pagi.
Esok paginya. Yumi terbangun dari posisi tidurnya yang bersandar di
dada Jung Soo dan masih memeluk namja
itu. Ia teringat kalau Jung Soo semalam demam, dan sekarang ia belum membuka
matanya. Yumi memeriksa kening namja itu, “Syukurlah, panasnya sudah turun,”
gumam Yumi.
Jung Soo akhirnya terbangun saat lengan Yumi menyentuh keningnya, “Gomawo,”
ucapnya. Itulah kata-kata pertama yang ia ucapkan saat terbangun pagi ini. “Cheonmaneyo,”
jawab Yumi seraya tersenyum lembut. Yumi merubah posisinya menjadi duduk.
Jung Soo bangkit dari tidurnya. Sekarang ia dan Yumi sama-sama duduk di
tempat tidur itu. “Boleh aku meminta sesuatu padamu?” kata Jung Soo. “Mwo?”
tanya Yumi. “Kau sudah berhasil menyembuhkanku semalam. Cara yang kau pakai
semalam itu... tolong jangan lakukan pada orang lain. Cukup padaku saja. Kau
mau berjanji, kan?” pinta Jung Soo membuat Yumi menahan tawanya dan juga sukses
membuat Yumi tersipu.
Yumi menggangguk malu, “Iya, aku janji!” ucap Yumi seraya tersipu malu.
Jung Soo merasa gemas melihat kekasihnya itu tengah tersipu karena dirinya. Ia
akhirnya menarik tubuh Yumi dalam dekapannya, “Aku ingin memilikimu selamanya,”
ucap Jung Soo lembut. Yumi balas memeluk tubuh Jung Soo dengan erat, seolah ia
takut akan kehilangan pria itu.
***
Tuan Shin memasuki ruangan kelas. Satu per satu mahasiswa yang tadinya
asik mengobrol sekarang ini telah duduk tertib. “Saya ingin menyampaikan
perubahan anggota kelompok yang kemarin saya umumkan. Berhubung ada mahasiswa
yang pindah ke kelas kita ini, jadi akan ada perubahan, tepatnya untuk dua
kelompok saja. Silahkan masuk, Heechul-ssi!” seru Tuan Shin.
Suasana kelas mendadak riuh. Mereka menyampaikan protes, tapi keributan
itu hilang seiring dengan terdengarnya suara langkah kaki Kim Heechul saat
memasuki ruangan kelas itu. Para gadis kecuali Yumi sampai menganga mulutnya
karena melihat takjub ketampanan Kim Heechul. Pria itu benar-benar tampan setampan
pangeran yang ada dalam cerita dongeng.
“Nah, pangeran kampus kita ini mulai hari ini akan menjadi bagian dari
kelas kita!” terang Tuan Shin memperjelas alasan kehadiran Kim Heechul di kelas
ini.
“Aku rasa aku tidak perlu memperkenalkan diriku lagi,” kata Heechul
dengan gaya arogannya.
“Lee Donghae, kau dipindahkan ke kelompoknya Lee Hyukjae. Dan Tuan muda
Kim Heechul saya tugaskan satu kelompok dengan Ayumi,” perintah Tuan Shin.
“Mwo? Tapi, kan kami sudah mulai mengerjakan paper kami, pak?”
protes Yumi. Sebaliknya berbeda dengan Yumi, Donghae justru terlihat hanya
menundukkan kepalanya seolah pasrah pada keputusan Tuan Shin. Donghae memang
sudah tahu sejak awal kalau Heechul akan melakukan ini.
“Tidak ada bantahan! Sekarang kalian diperintahkan untuk duduk dengan
kelompok kalian masing-masing!” sahut Tuan Shin seraya mengetukkan spidol pada white board berkali-kali.
Yumi menghela nafasnya karena merasa kecewa pada keputusan Tuan Shin
yang begitu tiba-tiba. Yumi berharap ini hanyalah mimpi buruknya. Harus satu
kelompok dengan Kim Heechul selama satu bulan ini, tentunya akan sangat
menyulitkan pergerakan Yumi di kampus ini.
Heechul melenggang santai mendekati tempat duduk Yumi. Ia lantas duduk
di kursi kosong yang ada di sebelah Yumi. Terlihat jelas seringai senyum
kemenangan dari bibir sensual namja
itu. “Annyeong! Apa kau merindukanku?” bisik Heechul mencoba menggoda
Yumi dengan senyum liciknya.
“Cih! Terima kasih. Kau membuatku merasa sangat tersanjung karena
mengikutiku sampai kesini. Kau sampai-sampai harus pindah kelas segala agar
bisa bertemu denganku terus. Begitu besarnyakah ketertarikanmu itu padaku?”
kata Yumi dengan penuh percaya diri.
Tidak disangka, Heechul justru malah menarik leher Yumi dan
merangkulnya dengan satu tangannya. Ia lantas membisikkan sesuatu, “Aku akan
menunjukkan padamu siapa yang sedang kau hadapi sekarang,” bisik Heechul lantas
melepaskan lengannya dari gadis itu. Yumi mendengus kesal.
Selepas mata kuliah Dosen Shin Donghee.
“Ya, Lee Donghae-ssi! Kenapa kau diam saja tadi? Aku tidak terima
kalau harus satu kelompok dengan Kim Heechul! Aku lebih suka kalau kau saja
yang jadi partnerku,” gerutu Yumi pada Donghae. Donghae menghela nafas, “Aku, kan sudah bilang
sebelumnya kalau Heechul masih akan bertindak. Aku juga tidak tahu kalau dia
akan melakukan ini. Kau bersabar saja. Mau tidak mau terimalah kenyataan kalian
satu kelompok sekarang,” ujar Donghae.
“Oho! Kalian membicarakanku?” seru Heechul melenggang santai
menghampiri Yumi dan Donghae. Yumi tampaknya muak pada namja bergelar Prince
itu. Heechul menghampiri Yumi, “Hari ini ikutlah ke rumahku!” kata Heechul
seraya menarik paksa lengan Yumi. “Hei, lepaskan aku! Aku tidak mau ikut
denganmu! Aku harus bekerja,” tolak Yumi yang meronta minta dilepaskan.
“Lepaskan dia, Heenim!” sahut Donghae mencoba menghalangi Heechul. “Jangan
halangi aku!” bentak Heechul pada Donghae. Heechul mendorong Donghae agar
menjauh. Donghae menggeram kesal. Ia merasa emosi pada Heechul, tapi Kyuhyun
tiba-tiba saja datang menahannya, “Hajima! Kalau kau seperti ini terus Heenim
justru akan lebih menyiksa dia,” jelas Kyuhyun.
Donghae akhirnya menuruti perkataan Kyuhyun, “Apa yang akan dia
lakukan?” tanya Donghae pada Kyuhyun. “Nado molla. Pastinya dia akan
sedikit bersenang-senang dengan yeoja
itu. Tenang saja, kau tahu sifat Heenim, dia tidak akan menyakiti yeoja itu. Sekarang ini dia hanya sedang
merasa tertantang karena mendapat lawan seperti yeoja Indonesia itu,” terang Kyuhyun.
***
Buat yang baca, minta komentarnya,
ya! Jangan jadi pembaca bisu. hehehe =D
Cerita ini murni hasil kretifitas
author yang juga sebagian diambil dari adegan di mimpi Author. Hihii! Maaf
kalau ada alur yang rada gak jelas, typo, dan nama-nama yang gak disukain.
Intinya.. niat Author cuma mau nyalurin hobi menulis plus menghibur orang-orang
yang senang membaca fanfic =)
Gomawo chingu! =)
0 komentar:
Posting Komentar