Sabtu, 08 Maret 2014

Fanfic Super Junior: Yeppeun Namja Part 3

Judul                     : Yeppeun Namja
Genre                   : Drama, Romantic
Author                  : Lee Ara
Cast                      : Ayumi (Yumi), Park Jung Soo (Leeteuk), Kim Heechul, Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Aerin, Yesung, Jessica




Hari ini Yumi ada jadwal kuliah pagi.
“Kalian masih ingat, kan tugas paper yang minggu lalu saya sampaikan? Nah, tugas itu akan saya jelaskan kembali cara pengerjaannya. Saya akan membagi kalian ke dalam kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari dua orang yang saya tentukan sendiri setiap anggota kelompoknya. Nah, kalau begitu saya akan bacakan sekarang daftar kelompoknya!” terang Dosen Shin.
Dosen Shin mulai membacakan satu per satu daftar kelompok untuk tugas paper yang berjangka waktu pengerjaan satu bulan. Setiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, sosialisasi dan wawancara ke beberapa tempat, misalnya seperti panti asuhan, panti jompo, dan lain-lain.
“Hei, kita sekelompok!” seru Yumi pada Donghae. Donghae sempat menoleh dan mengangguk kecil lantas kembali membuang pandangannya ke tempat lain. Gara-gara itu Yumi jadi mengerucutkan bibirnya karena merasa tidak dianggap oleh Donghae.
Saat jam kuliah berakhir. Kebetulan hari ini Yumi hanya ada satu mata kuliah.
Mwo? Kau satu kelompok dengan Donghae? Jinjji? Dia, kan personel Geng Prince! Apa kau tidak takut, huh?” seru Aerin tidak percaya, ditambah ekspresi Yumi menunjukkan kalau perasaannya biasa-biasa saja saat ini, tidak ada perasaan khawatir pada Donghae mengingat insiden beberapa waktu lalu.
“Eoh, aku sekelompok dengan Donghae. Molla, aku rasanya biasa saja. Maksudku menurutku Donghae itu berbeda dengan Heechul dan Kyuhyun. Aku yakin kalau Donghae itu lebih baik dari pada teman-temannya!” sahut Yumi.
“Hh, semoga saja perkataanmu itu benar. Eh, apa kau tahu dimana Yesung oppa? Apa dia menghubungimu?” tanya Aerin tiba-tiba saja menyerempet ke Yesung.
Molla. Bukankah kemarin kalian bertemu?” Yumi terlihat sedikit gugup. Yumi ingin menghindar dari perbincangan mengenai Yesung ini. Ia jadi merasa tidak enak kalau mengingat semalam Yesung baru saja menemuinya tanpa sepengatahuan Aerin, terlebih lagi pria itu datang untuk mengharapkan cinta lamanya lagi.
“Eoh. Tapi setelah pulang dari apartmenku dia seperti menghilang. Dia mematikan ponselnya. Aku takut. Kemarin kami sedikit bertengkar,” terang Aerin. Aerin juga berusaha menyembunyikan alasan pertengkarannya kemarin dengan Yesung adalah karena Yumi.
“Oh, begitu? Sayang sekali aku juga tidak tahu dimana dia. Aku sudah jarang sekali berkomunikasi dengan Yesung oppa. Bahkan baru kemarin itu aku bertemu lagi dengannya saat denganmu,” kilah Yumi menyembunyikan kenyataan bahwa semalam Yesung mendatanginya ke rumah kontrakannya.
Ne, arasseo...,” jawab Aerin seraya tertunduk lesu.
Bagaimana ini? Apa Yesung oppa tidak pulang setelah menemuiku semalam? Apa yang harus aku katakan pada Aerin? Ah, tidak! Kalau aku cerita pada Aerin nanti dia malah akan marah dan kecewa padaku. Hh, dimana Yesung oppa sekarang? Apa dia benar-benar akan meninggalkan Aerin? Oppa, jangan lakukan itu, aku mohon! -Yumi-
Yumi melihat Donghae dari kejauhan sedang berdiri bersandar di dinding koridor, ia asyik dengan earphone di telinganya seraya kepalanya bergoyang-goyang lembut menikmati irama musik yang langsung masuk ke telinganya.
“Eh, sepertinya itu Lee Donghae. Aku kesana dulu, ya!” seru Yumi pada Aerin. “Kau yakin mau kesana? Hh, ya sudah. Aku pulang duluan, ya! Aku ingin ke apartmen Yesung oppa,” kata Aerin yang sedang mencemaskan keadaan Yesung.
Ne!” sahut Yumi. Yumi lantas berlari kecil menuju Lee Donghae, “Ya! Jeogiyo!” sapa Yumi sok akrab di depan Donghae seraya tersenyum. Nafasnya masih sedikit ngos-ngosan karena habis berlari. Donghae sekilas melihat Yumi lalu menengok ke kanan dan ke kiri, ia lantas melepaskan earphone-nya, “Kau bicara padaku?” tanya Donghae.
“Tentu saja? Disini, kan hanya ada dirimu,” jawab Yumi. “Waeyo?” tanya Donghae kemudian. “Kapan kita akan mulai mendiskusikan paper kita?” tanya Yumi bersemangat sampai terbatuk-batuk akibat efek berlari juga.
Donghae sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan Yumi, “Kalau besok aku tidak bisa. Mungkin nanti sore aku bisa,” kata Donghae sedikit terkesan cuek. “Huh? Nanti sore? Aku... aku tidak bisa. Aku harus bekerja. Benar kau besok tidak bisa?” tanya Yumi setengah memaksa.
“Eoh. Aku harus ke Jepang untuk menemui ayahku,” jelas Donghae. Yumi terlihat berpikir. “Geurae. Aku usahakan untuk ijin bekerja. Lalu dimana kita bertemu?” Yumi akhirnya pasrah. “Di apartmenku saja. Nanti aku kirimkan alamatnya padamu,” kata Donghae. Akhirnya mereka sepakat untuk mendiskusikan paper itu di apartmen Lee Donghae.
Tanpa mereka sadari ada dua pasang kuping yang menguping pembicaraan mereka. Yumi pamit pergi meninggalkan Donghae. Dua orang yang sejak tadi mengamati Donghae dan Yumi akhirnya menunjukkan sosok mereka, “Donghae-ya! Apa yang kau bicarakan tadi dengan yeoja Indonesia itu? Apa kalian berkencan, huh?” selidik Kyuhyun berpura-pura curiga.
Huh? Eobseo!” jawab Donghae mencoba berkelit. Ia tidak ingin kedua sahabatnya itu membuat masalah lagi. “Jangan bohong! Aku sudah mendengarnya kalau kalian akan bekerja kelompok,” timpal Heechul, Si Pangeran cantik.
“Kalau sudah tahu kenapa masih bertanya padaku?” komentar Donghae kesal. “Haha! Kami hanya sedang mengujimu,” seru Kyuhyun seraya terkekeh. Kyuhyun mencoba menggoda Donghae dengan mengacak rambut Donghae
“Hei, serahkan gadis itu padaku!” ucap Heechul sengaja mendekatkan wajahnya pada Donghae. Ia mengeluarkan ekspresi wajah serius. Donghae hanya terdiam tanpa merespon sedikitpun, “Apa yang akan kau lakukan?” tanya Donghae pada akhirnya. Ia merasa khawatir pada apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya itu.
“Lihat saja besok!” Heechul tersenyum menyeringai seraya menaikan satu alisnya seperti seorang tokoh antagonis.
_____
Seorang pria mengenakan topi dan jaket berwarna merah menunggu Yumi di seberang gerbang kampus, “Yumi-ssi!” seru Jung Soo saat melihat Yumi keluar dari gerbang kampusnya. Gadis itu menoleh ke arah namja itu lantas tersenyum. Tanpa menunggu lama ia berlari menghampiri kekasihnya itu, “Aku merindukan oppa!” seru Yumi setengah manja pada namja yang lebih tua tujuh tahun darinya itu.
Jung Soo tersenyum gemas melihat kekasihnya begitu manja padanya, “Baru ditinggal satu hari saja sudah seperti ini, apalagi kalau ditinggal bertahun-tahun,” kata Jung Soo seraya mencubit gemas pipi Yumi.
“Aw! Sakit, oppa!” seru Yumi seraya menepis lengan Jung Soo.
Dari kejauhan, Prince Gank ternyata mengamati Yumi dan Jung Soo.
“Siapa orang itu?” tanya Heechul. Heechul mengamati sepasang kekasih itu dengan tatapan yang seakan-akan menyelidik.
“Aku tidak tahu. Mungkin kau tahu?” kata Kyuhyun seraya menoleh pada Donghae.
“Aku? Hei, jangan mentang-mentang aku sekelas dengannya jadi aku harus tahu betul tentang yeoja itu, huh! Aku tidak tahu siapa namja yang bersamanya itu!” timpal Donghae yang merasa sedikit kesal karena selalu saja di sangkut pautkan dengan Yumi sejak Heechul mengetahui kalau mereka berdua satu kelas.

***

Hari ini aku harus ijin bekerja setengah hari saja pada oppa. Ini semua karena aku sudah berjanji pada Donghae. Kami akan mulai mendiskusikan tugas paper yang diberikan oleh Tuan Shin. Itu artinya selama sebulan ke depan aku akan sering berkomunikasi dengan Donghae. Jung Soo oppa sebenarnya sempat merasa khawatir dan cemburu setelah mendengarnya, tapi syukurlah aku bisa memberi pengertian padanya.
Pukul empat sore aku sudah meninggalkan kafenya Jung Soo oppa. Aku pergi ke alamat yang diberikan oleh Donghae padaku sebelumnya. Jung Soo oppa bersikeras untuk mengantarkanku kesana, terpaksa aku menuruti maunya. Ya, setidaknya dengan begitu dia bisa lebih tenang. Usai saling mengucapkan kata-kata perpisahan aku langsung memasuki gedung apartmen itu, tempat dimana Donghae tinggal. -Yumi-
Yumi menekan bel di pintu apartmen itu. Tak lama seseorang di dalam membukakan pintu untuknya. Terlihat sosok pria tampan berambut cokelat dengan senyuman yang khas. Lee Donghae. Pria itu mempersilahkan Yumi masuk. Yumi dan Donghae duduk di ruang tamu. Ukuran ruang tamunya cukup besar dengan penataan tata letak barang yang rapi. Terlihat jelas dari sang pemilik yang juga selalu terlihat rapi.
“Oh, aku lupa menawarkanmu minuman. Aku hanya memiliki soft drink. Sebentar, ya aku ambilkan!” tawar Donghae. Pria bertubuh kekar itu langsung menuju ke dapurnya mendekati kulkas dan kembali dengan menggenggam dua kaleng minuman.
Gomawo,” ucap Yumi saat Donghae memberikan sekaleng minuman padanya. Yumi mengikuti Donghae membuka tutup kaleng minuman itu dan meneguknya perlahan. “Kau tinggal sendiri disini? Lalu orang tuamu?” tanya Yumi yang melihat kalau di apartmen itu hanya ada Donghae dan dirinya saja.
“Orang tuaku di Jepang, mereka mengurus usaha perhotelan keluarga kami disana,” terang Donghae. “Wah, kau memang anak orang kaya, ya! Beruntung sekali!” seru Yumi seraya memandang kagum pada sosok Lee Donghae.
“Aku tidak menduga setelah malam itu kita pertama kali mengobrol, sekarang kita malah dipasangkan oleh Tuan Shin. Apa kau tidak merasa takut padaku? Aku, kan temannya Kim Heechul,” ujar Donghae terlihat serius menatap wajah Yumi.
“Huh? Ya... sebenarnya aku sedikit merasa takut. Tapi aku tanamkan di pikiranku kalau Lee Donghae dan Kim Heechul adalah orang yang berbeda. Setidaknya kau tidak lebih menyeramkan dari dia,” jawab Yumi.
Donghae terlihat tersenyum bahkan sedikit terkekeh mendengar jawaban Yumi, “Jadi apa rencanamu dengan paper kita?” Donghae akhirnya mulai menyinggung tugas yang harus mereka kerjakan hari ini.
“Um..., bagaimana kalau kita mendatangi panti asuhan saja? Aku rasa anak-anak lebih mudah untuk didekati. Selain itu, aku juga sangat menyukai anak-anak,” seru Yumi. “Hm..., boleh saja. Aku juga suka anak-anak,” sambung Donghae.
Yumi langsung terlihat sumringah, “Apa kau ada referensi panti asuhan mana yang harus kita datangi? Hehe, aku masih belum begitu hapal tempat-tempat disini,” kata Yumi yang seorang pendatang dari Indonesia.
“Hm, aku pernah dengar panti asuhan Lovely Day, tempatnya dekat dengan rumah Kyuhyun. Bagaimana kalau disana saja? Kau tidak takut, kan?” kata Donghae. Yumi sedikit merasa tersinggung, “Hh, apa-apaan kau ini? Selalu saja menanyakan aku takut atau tidak!” protes Yumi kesal.
“Baiklah. Baiklah. Kau memang yeoja pemberani,” kata Donghae seraya terkekeh. “Kalau begitu sekarang kita buat bab pendahuluannya saja, bagaimana?” ajak Yumi penuh semangat. Gadis ini memang tidak pernah menunda-nunda pekerjaan. Selama bisa dikerjakan hari ini, maka ia akan langsung mengerjakannya.
“Huh? Sudah mau membuatnya sekarang?” Donghae sepertinya terkejut dengan semangat Yumi. “Maja! Lebih cepat lebih baik, kan? Haja!” seru Yumi bersemangat. Akhirnya Donghae mengeluarkan notebooknya untuk mengerjakan bab awal tugas paper mereka itu. Selama mereka mengerjakan pendahuluan tugas mereka, Donghae terlihat tidak tenang.
Berkali-kali Yumi memergoki Donghae melihat jam, “Ada apa?” tanya Yumi penasaran. Rupanya Yumi bisa merasakan kalau Donghae tidaklah sesemangat dirinya hari ini. Yumi bisa melihat kalau Donghae seperti mencemaskan sesuatu.
Donghae akhirnya buka suara, “Sebenarnya Kyuhyun bilang dia akan datang hari ini. Aku tidak ingin kalian bertemu disini,” jelas Donghae. “Jeongmalyo? Ya, sudah. Kalau begitu aku segera pulang saja. Ini juga sudah hampir selesai, kan! Aku rasa kau bisa meneruskannya. Tinggal sedikit lagi,” kata Yumi.
“Serahkan saja padaku!” seru Donghae antusias. “Aigo! Aku lupa tidak membawa flash disc,” seru Yumi seraya mengacak-ngacak isi tasnya. Rupanya ia kelupaan membawa flash disc. “Gwaenchanha. Di notebookku juga aman. Lagi pula aku tidak suka sembarang flash disc menyentuh notebook pribadiku,” jelas Donghae.
“Ish! Kau ini berlebihan sekali. Ya, sudah kalau memang aman. Ganda!” Yumi pamit dan segera meninggalkan apartmen Donghae. Saat hendak keluar dari gedung apartmen itu, tanpa sengaja ia berpapasan jalan dengan Kyuhyun, hanya saja Yumi tidak menyadarinya karena ia terus menunduk memainkan ponselnya.

***

Aerin mendatangi apartmen Yesung. Sesampainya di depan apartmen itu, sama sekali tidak ada yang membukakan pintu padahal Aerin sudah berkali-kali menekan belnya. Akhirnya terpaksa Aerin memaksa masuk ke apartmen itu karena sebenarnya ia hapal kode sandi pintu apartmen Yesung.
Aerin mencari Yesung di dalam apartmen itu, tapi namja bermata sipit itu tidak ada disana. Aerin memasuki kamar Yesung. Ia merasa sedikit frustasi dengan menghilangnya Yesung. Berkali-kali Aerin menghela nafas seolah ia sangat putus asa saat ini. Mata Aerin tiba-tiba saja menangkap penampakan selembar kertas di atas tempat tidur Yesung. Karena penasaran ia membaca isi dari kertas itu.
Aerin, aku tahu kau akan datang ke apartmenku. Maafkan aku. Selama ini aku telah membohongimu. Aku tidak kuat lagi menyimpan semua ini. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri dengan mengatakan aku mencintaimu. Ya, kau benar. Aku memang masih sangat mencintai Ay. Hatiku sangat sakit saat Ay memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami demi dirimu, sahabatnya. Maafkan aku karena mengatakan ini. Tolong jangan membenci Ay. Aku harap kau bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari pada aku. Maafkan aku, Aerin. Yesung.
Betapa remuknya hati Aerin setelah membaca surat yang ditulis oleh Yesung. Tanpa sadar air mata mengalir deras dari pelupuk mata gadis cantik itu. Perasaan marah, kecewa, sedih dan patah hati benar-benar telah menguasai Aerin saat ini. Tubuh Aerin bergetar hebat menahan gejolak emosi dari dalam dirinya.
Aku tidak pernah menduga akan seperti ini. Yesung memang tidak pernah mencintai aku. Aku sangat mengetahui itu lebih dari siapapun. Tapi aku tidak menyangka kalau ini masih soal Ay. Saat ini aku benar-benar merasa kesal dan marah pada Ay yang ternyata telah merencanakan semuanya. Kenapa dia harus melakukan itu? Kalau saja Ay tidak pernah memutuskan Yesung dan berkorban perasaan demi aku tentunya aku tidak akan sesakit saat ini, aku tidak akan merasa serendah ini. Perempuan itu telah membuat aku seakan mengemis-ngemis hati Yesung untukku! Dia sudah mencoreng harga diriku. Tidak bisa kumaafkan, tidak akan. -Aerin-

***

Di kediaman Kim Heechul. Seorang namja muda berambut gondrong yang dicat merah tengah sibuk berkutat dengan gadgetnya. Sesekali ia menyesap minuman dan kembali diletakkannya gelas mahal itu di atas meja. Ya, namja itu adalah Kim Heechul. Namja yang satu ini berkulit putih bersih dan berwajah cantik, bahkan ia lebih cantik dari pada seorang wanita. Heechul benar-benar seorang pangeran. Namun sayang sekali, parasnya yang indah itu tidak seindah sifatnya yang sedikit keras dan egois.
Seekor kucing berbulu abu-abu datang menghampirinya seraya mengusap-usapkan kepalanya ke kaki Heechul. Kucing itu adalah Heebum, peliharaannya Heechul. Heebum lah yang selalu menjadi teman setia Heechul selain Kyuhyun dan Donghae. Bedanya Kyuhyun dan Donghae adalah sahabat setia Heechul saat di kampus dan diluar, sedangkan Heebum sahabat Heechul ketika di rumah.
Rumah tempat kediaman Kim Heechul sangatlah besar. Ada beberapa pelayan yang bertugas melayani segala kebutuhan sang pemilik rumah, tapi entah kenapa jika dilihat dari dekat rumah ini memiliki aura yang jauh dari kebahagiaan dan rasa nyaman.
Orang tua Kim Heechul selalu bepergian ke luar negeri dan meninggalkan putranya itu bersama dengan para pelayan di rumah mereka. Oleh karena itu, meskipun hidupnya serba berkecukupan tetapi Heechul merasa tidak pernah puas. Ia seolah mencari sesuatu yang lain yang belum pernah ia dapatkan selama menjadi Tuan Muda Kim.
“Tuan muda, Tuan Shin sudah tiba dan sekarang ia sedang menunggu tuan di ruang tamu,” kata salah seorang pelayan wanita. “Bagus. Suruh dia menunggu, aku akan segera kesana menemuinya. Dan jangan lupa siapkan minuman untuk kami,” perintah Heechul.
“Baik, Tuan muda!”
Setelah Tuan Shin menunggu Heechul selama hampir 30 menit, akhirnya Prince Heechul menunjukkan sosoknya. “Tuan Shin Donghee, maaf sudah menunggu lama,” kata Heechul seraya duduk di sofa yang berhadapan dengan sofa yang diduduki oleh Tuan Shin.
“Ah, tidak apa-apa. Kalau boleh tahu, kenapa anda memanggil saya kemari?” kata Tuan Shin takut-takut. “Tuan Shin, bolehkah aku meminta bantuanmu?” tanya Heechul memulai pembicaraan sesungguhnya dengan sebuah seringai tajam. Heechul tampak sedikit menakutkan.
“Apa yang bisa saya bantu? Saya akan melakukannya untuk anda, Tuan muda!” seru Tuan Shin seraya mengelap keringat dinginnya. Padahal di ruangan itu cukup dingin karena AC yang menyala, tapi Tuan Shin justru berkeringat.
“Aku ingin pindah ke kelasmu. Kau tahu, kan mahasiswi yang bernama Yumi itu? Aku sedang mengincar dia,” Heechul berterus-terang.

Sementara itu, di lain tempat.
Kediaman Park Jung Soo. Kakaknya Jung Soo tiba-tiba menelpon Yumi mengabarkan kalau Jung Soo tiba-tiba saja demam. Karena sangat khawatir pada keadaan namja itu, Yumi memutuskan langsung mendatangi rumah Jung Soo sepulangnya ia dari apartmen Donghae.
“Oppa, bukankah tadi oppa baik-baik saja? Kenapa sekarang bisa demam begini?” Yumi terlihat khawatir. Ia langsung mengambil posisi duduk di sebelah Jung Soo yang sedang berbaring.
Jung Soo yang dikhawatirkan malah tersenyum lembut memamerkan dimple smile-nya. Padahal terlihat jelas kalau ia sedang sakit, tapi ia masih bisa tersenyum. Keringat dinginnya juga banyak sekali sampai membasahi wajah dan pakaian yang dikenakannya.
“Hei, kenapa malah tersenyum? Dia bertanya padamu, apa kau tidak mendengarnya?” omel In Young, kakak perempuan Jung Soo. Untung saja ada In Young yang menemukan Jung Soo dalam keadaan menggigil, kalau tidak Jung Soo pasti tidak akan mau mengabari Yumi dan menahan sakitnya sendiri.
“Oppa, kenapa senang sekali membuatku khawatir, sih?” protes Yumi mencubit pelan lengan Jung Soo.
“Yumi, tolong kau jaga Jung Soo, ya. Aku harus segera pulang. Aku tadi kemari membawakan dia makanan kesukaannya. Tolong suapi dia. Aku yakin kalau kau yang menyuapi dia tidak akan menolak,” pinta In Young.
“Ne, eonni. Aku akan merawat oppa,” jawab Yumi dengan pasti.
“Nuna mau kemana?” tanya Jung Soo seolah tidak ingin ditinggalkan oleh In Young.
“Tentu saja mau kembali pada suami dan anakku! Kau jangan bandel, menurutlah pada Yumi, dan segeralah sembuh! Aku tidak akan mengatakan pada ibu kalau kau sakit. Kalau ibu sampai tahu kau sakit pasti ibu akan sangat khawatir,” omel In Young yang sebenarnya sangat mengkhawatirkan adik tersayangnya itu.
Ne, nuna. Arasseo!” jawab Jung Soo. In Young akhirnya pulang ke rumahnya sendiri. Dan sekarang hanya tinggal Jung Soo yang terbaring dengan tubuh menggigil ditemani oleh Yumi yang setia merawatnya.
“Oppa, makan, ya!” Yumi menyodorkan makanan yang dibawakan oleh In Young. Ia hendak menyuapi Jung Soo dengan makanan yang dibawakan oleh In Young tadi. Jung Soo mengangguk tanda ia mau disuapi. Tiba-tiba gadis itu terkekeh sendiri.
“Kenapa kau tertawa?” tanya Jung Soo tidak mengerti sekaligus merasa aneh. “Aku hanya merasa ini lucu. Oppa seperti anak kecil saja. Aku merasa sedang menyuapi anakku,” kata Yumi seraya tertawa.
Mwo? Andwae! Aku tidak mau menjadi anakmu! Aku ini, kan suamimu!” timpal Jung Soo lantas ia pun ikut terkekeh. Setelah bersenda gurau bersama, Yumi masih menyuapi Jung Soo hingga menghabiskan semua makanan itu. Yumi juga memberikan obat untuk diminum oleh Jung Soo. “Oppa...,” panggil Yumi dengan lembut.
“Hum?” jawab Jung Soo. “Oppa mungkin kecapean. Aku ingin merawat oppa. Apa boleh aku menemani oppa malam ini?” pinta Yumi seraya mengusap-usap punggung tangan Jung Soo. “Kenapa bertanya segala? Tentu saja aku senang kalau kau mau menemaniku!” jawab Jung Soo. Tubuh Jung Soo tiba-tiba menggigil lagi.
Yumi dengan cekatan langsung menyelimuti tubuh Jung Soo dengan selimut, tapi rupanya selimut itu terlalu tipis dan belum cukup untuk menghangatkan tubuh kekar seorang Park Jung Soo, “Ini dingin sekali...,” suara Jung Soo terdengar tidak jelas karena ia sekarang ini benar-benar menggigil kedinginan.
Yumi mulai sedikit panik saat ini. Ia lantas naik ke tempat tidur itu dan berbaring disebelah Jung Soo. Ia lantas memposisikan tubuh Jung Soo menghadap dirinya lalu memeluk tubuh Jung Soo dalam posisi berbaring. Ajaibnya, perlahan-lahan kondisi Jung Soo mulai baikan.
“Bagaimana sekarang, hum?” tanya Yumi ingin memastikan. “Sudah lebih baik,” jawab Jung Soo seraya tersenyum lembut. “Syukurlah,” ucap Yumi lega. Yumi hendak melepaskan pelukannya tapi malah ditahan oleh Jung Soo.
Jung Soo menahan tubuh Yumi, “Tolong jangan lepaskan! Biarkan saja seperti ini,” pinta Jung Soo. Ia masih ingin berada dalam pelukan Yumi. Ia masih ingin merasakan nyamannya pelukan orang yang dicintainya. Yumi tersenyum mengerti. Akhirnya mereka berdua tertidur sampai esok pagi.
Esok paginya. Yumi terbangun dari posisi tidurnya yang bersandar di dada Jung Soo dan masih memeluk namja itu. Ia teringat kalau Jung Soo semalam demam, dan sekarang ia belum membuka matanya. Yumi memeriksa kening namja itu, “Syukurlah, panasnya sudah turun,” gumam Yumi.
Jung Soo akhirnya terbangun saat lengan Yumi menyentuh keningnya, “Gomawo,” ucapnya. Itulah kata-kata pertama yang ia ucapkan saat terbangun pagi ini. “Cheonmaneyo,” jawab Yumi seraya tersenyum lembut. Yumi merubah posisinya menjadi duduk.
Jung Soo bangkit dari tidurnya. Sekarang ia dan Yumi sama-sama duduk di tempat tidur itu. “Boleh aku meminta sesuatu padamu?” kata Jung Soo. “Mwo?” tanya Yumi. “Kau sudah berhasil menyembuhkanku semalam. Cara yang kau pakai semalam itu... tolong jangan lakukan pada orang lain. Cukup padaku saja. Kau mau berjanji, kan?” pinta Jung Soo membuat Yumi menahan tawanya dan juga sukses membuat Yumi tersipu.
Yumi menggangguk malu, “Iya, aku janji!” ucap Yumi seraya tersipu malu. Jung Soo merasa gemas melihat kekasihnya itu tengah tersipu karena dirinya. Ia akhirnya menarik tubuh Yumi dalam dekapannya, “Aku ingin memilikimu selamanya,” ucap Jung Soo lembut. Yumi balas memeluk tubuh Jung Soo dengan erat, seolah ia takut akan kehilangan pria itu.

***

Tuan Shin memasuki ruangan kelas. Satu per satu mahasiswa yang tadinya asik mengobrol sekarang ini telah duduk tertib. “Saya ingin menyampaikan perubahan anggota kelompok yang kemarin saya umumkan. Berhubung ada mahasiswa yang pindah ke kelas kita ini, jadi akan ada perubahan, tepatnya untuk dua kelompok saja. Silahkan masuk, Heechul-ssi!” seru Tuan Shin.
Suasana kelas mendadak riuh. Mereka menyampaikan protes, tapi keributan itu hilang seiring dengan terdengarnya suara langkah kaki Kim Heechul saat memasuki ruangan kelas itu. Para gadis kecuali Yumi sampai menganga mulutnya karena melihat takjub ketampanan Kim Heechul. Pria itu benar-benar tampan setampan pangeran yang ada dalam cerita dongeng.
“Nah, pangeran kampus kita ini mulai hari ini akan menjadi bagian dari kelas kita!” terang Tuan Shin memperjelas alasan kehadiran Kim Heechul di kelas ini.
“Aku rasa aku tidak perlu memperkenalkan diriku lagi,” kata Heechul dengan gaya arogannya.
“Lee Donghae, kau dipindahkan ke kelompoknya Lee Hyukjae. Dan Tuan muda Kim Heechul saya tugaskan satu kelompok dengan Ayumi,” perintah Tuan Shin.
Mwo? Tapi, kan kami sudah mulai mengerjakan paper kami, pak?” protes Yumi. Sebaliknya berbeda dengan Yumi, Donghae justru terlihat hanya menundukkan kepalanya seolah pasrah pada keputusan Tuan Shin. Donghae memang sudah tahu sejak awal kalau Heechul akan melakukan ini.
“Tidak ada bantahan! Sekarang kalian diperintahkan untuk duduk dengan kelompok kalian masing-masing!” sahut Tuan Shin seraya mengetukkan spidol pada white board berkali-kali.
Yumi menghela nafasnya karena merasa kecewa pada keputusan Tuan Shin yang begitu tiba-tiba. Yumi berharap ini hanyalah mimpi buruknya. Harus satu kelompok dengan Kim Heechul selama satu bulan ini, tentunya akan sangat menyulitkan pergerakan Yumi di kampus ini.
Heechul melenggang santai mendekati tempat duduk Yumi. Ia lantas duduk di kursi kosong yang ada di sebelah Yumi. Terlihat jelas seringai senyum kemenangan dari bibir sensual namja itu. “Annyeong! Apa kau merindukanku?” bisik Heechul mencoba menggoda Yumi dengan senyum liciknya.
“Cih! Terima kasih. Kau membuatku merasa sangat tersanjung karena mengikutiku sampai kesini. Kau sampai-sampai harus pindah kelas segala agar bisa bertemu denganku terus. Begitu besarnyakah ketertarikanmu itu padaku?” kata Yumi dengan penuh percaya diri.
Tidak disangka, Heechul justru malah menarik leher Yumi dan merangkulnya dengan satu tangannya. Ia lantas membisikkan sesuatu, “Aku akan menunjukkan padamu siapa yang sedang kau hadapi sekarang,” bisik Heechul lantas melepaskan lengannya dari gadis itu. Yumi mendengus kesal.
Selepas mata kuliah Dosen Shin Donghee.
Ya, Lee Donghae-ssi! Kenapa kau diam saja tadi? Aku tidak terima kalau harus satu kelompok dengan Kim Heechul! Aku lebih suka kalau kau saja yang jadi partnerku,” gerutu Yumi pada Donghae.  Donghae menghela nafas, “Aku, kan sudah bilang sebelumnya kalau Heechul masih akan bertindak. Aku juga tidak tahu kalau dia akan melakukan ini. Kau bersabar saja. Mau tidak mau terimalah kenyataan kalian satu kelompok sekarang,” ujar Donghae.
“Oho! Kalian membicarakanku?” seru Heechul melenggang santai menghampiri Yumi dan Donghae. Yumi tampaknya muak pada namja bergelar Prince itu. Heechul menghampiri Yumi, “Hari ini ikutlah ke rumahku!” kata Heechul seraya menarik paksa lengan Yumi. “Hei, lepaskan aku! Aku tidak mau ikut denganmu! Aku harus bekerja,” tolak Yumi yang meronta minta dilepaskan.
“Lepaskan dia, Heenim!” sahut Donghae mencoba menghalangi Heechul. “Jangan halangi aku!” bentak Heechul pada Donghae. Heechul mendorong Donghae agar menjauh. Donghae menggeram kesal. Ia merasa emosi pada Heechul, tapi Kyuhyun tiba-tiba saja datang menahannya, “Hajima! Kalau kau seperti ini terus Heenim justru akan lebih menyiksa dia,” jelas Kyuhyun.
Donghae akhirnya menuruti perkataan Kyuhyun, “Apa yang akan dia lakukan?” tanya Donghae pada Kyuhyun. “Nado molla. Pastinya dia akan sedikit bersenang-senang dengan yeoja itu. Tenang saja, kau tahu sifat Heenim, dia tidak akan menyakiti yeoja itu. Sekarang ini dia hanya sedang merasa tertantang karena mendapat lawan seperti yeoja Indonesia itu,” terang Kyuhyun.

***

Buat yang baca, minta komentarnya, ya! Jangan jadi pembaca bisu. hehehe =D
Cerita ini murni hasil kretifitas author yang juga sebagian diambil dari adegan di mimpi Author. Hihii! Maaf kalau ada alur yang rada gak jelas, typo, dan nama-nama yang gak disukain. Intinya.. niat Author cuma mau nyalurin hobi menulis plus menghibur orang-orang yang senang membaca fanfic =)
Gomawo chingu! =)


0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates