Sabtu, 08 Maret 2014

Fanfic Super Junior: Yeppeun Namja Part 10

Judul                     : Yeppeun Namja
Genre                   : Drama, Romantic
Author                  : Lee Ara
Cast                      : Ayumi (Yumi), Park Jung Soo (Leeteuk), Kim Heechul, Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Aerin, Yesung, Jessica



“Aku tidak percaya ini...,” dada Yumi naik turun dengan cepat secepat jatuhnya bulir bening yang mengalir deras dari kedua pelupuk matanya. Tiba-tiba gelap.
Heechul menahan tubuh Yumi agar kepala gadis itu tidak membentur lantai. Gadis itu tiba-tiba pingsan. Ia tidak sanggup bertahan setelah mendengar kabar buruk itu. In Young semakin menangis bercampur panik melihat reaksi Yumi yang sampai pingsan setelah mendengar kabar kematian Jung Soo akibat serangan teroris.
Heechul memindahkan Yumi dan membaringkannya di tempat tidur. Ia tidak bisa berkata apa-apa saat ini. Melihat keadaan tunangan palsunya saat ini membuat hati Heechul iba. Bahkan saat memejamkan matapun Yumi masih menitikkan air matanya. Ia benar-benar tertekan karena kehilangan orang yang paling dicintainya.
“Yumi-ssi, ireona! Jangan seperti ini. Aku tahu kau bersedih. Aku juga sedih. Ibuku juga sedih kehilangan putra kesayangannya,” ucap In Young seraya menggenggam tangan Yumi sementara Heechul masih berdiri di belakang In Young. Yumi sama sekali tidak sanggup menatap wajah In Young.
Yumi menarik nafas dengan susah payah, “Kenapa oppa meninggalkan aku?” ucap Yumi lirih di sela tangisnya. “Apa dia lupa sudah berjanji padaku? Kenapa dia pergi dengan cara seperti itu? Apa dia lupa kalau kami akan menikah? Jahat! Oppa jahat! Aku tidak mau hidup tanpa oppa!” Yumi yang masih terbaring menangis histeris seraya memukuli tempat tidurnya dengan kedua tangannya. Diremasnya sprei dengan penuh amarah kekecewaan. Ia menangis pilu sampai suara tangisannya terdengar menyayat hati.
In Young semakin tidak tega melihat Yumi. Ia memeluk gadis tunangan mendiang adiknya itu untuk sedikit menenangkannya. Meskipun In Young maupun Heechul tahu betul tidak ada yang bisa menghibur Yumi di saat seperti ini. “Yumi, meskipun Jung Soo sudah tidak ada kau harus tetap hidup dengan baik. Itu... Jung Soo juga pasti berharap demikian,” ujar In Young. In Young kemudian pamit untuk pulang. In Young meninggalkan Yumi di kamar seorang diri.
Heechul mengantar kepergian In Young sampai ke teras. “Terima kasih. Tapi kau ini siapa? Aku sebenarnya sejak tadi ingin bertanya ini padamu, tapi keadaannya tidak memungkinkan,” kata In Young pada Heechul.
“Aku temannya Yumi. Teman kuliahnya. Tadinya kami akan pergi untuk mengerjakan tugas kuliah, tapi ternyata...,” ujar Heechul. “Kalau begitu maafkan aku,” ucap In Young. “Ah, tidak apa-apa. Berita yang kau sampaikan jauh lebih penting baginya,” ujar Heechul.
“Tapi setelah melihat reaksinya aku jadi merasa bersalah,” suara In Young melemah. “Dia pasti sangat terpukul dengan kepergian tunangannya,” ucap Heechul. “Hh..., aku sangat mengerti perasaannya. Ini sudah larut. Aku pulang dulu,” In Young pamit untuk pulang.
Di dalam kamar Yumi. Air mata Yumi seakan tidak ada habisnya. Kali ini ia sudah tidak di pembaringan lagi. Ia bangkit mendekati meja, lantas membuka laci dan mencari sesuatu. “Kalau kau tidak ada di dunia ini, maka aku juga tidak akan ada...,” Yumi meraih sebuah pisau cutter. Dengan mata yang masih basah oleh air mata, perlahan-lahan ia arahkan pisau cutter itu ke pergelangan tangannya. “Oppa... ayo, kita bertemu!” Yumi menghela nafas panjang dan semakin mendekatkan cutter itu pada pergelangan tangannya.
“Apa yang kau lakukan?!” bentak Heechul. Dengan gerakan secepat kilat ia meraih tangan Yumi dan mengambil pisau cutter itu dari tangan Yumi kemudian dilemparnya entah kemana.
“Jangan halangi aku!” Yumi lagi-lagi menangis histeris. “Apa kau sudah gila, huh? Kau pikir dia akan pergi dengan tenang kalau tahu kau seperti ini? Dia juga tidak akan suka kalau tahu kau terpuruk karena dia!” omel Heechul yang sebenarnya merasa panik dan sangat mengkhawatirkan Yumi saat ini. Yumi masih dalam posisi duduk di lantai dengan air mata yang menetes sampai membasahi lantai kamar itu.
“Aku tidak mungkin meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini,” gumam Heechul. Heechul berlutut di hadapan Yumi. Lengannya meraih tubuh ringkih itu. Yumi jatuh dalam dekapan Heechul. Ia menangis sepuasnya disana hingga ia kembali tidak sadarkan diri.

***

Dua tahun kemudian. Yumi mendatangi kafe Jung Soo untuk menemui In Young. “Bagaimana kabarmu?” tanya In Young dengan ramah. “Masih belum terlalu baik,” jawab Yumi. “Yumi-ssi, ini sudah dua tahun. Tolong jangan menyakiti dirimu sendiri dengan meratapi adikku. Kau bisa mencari pria lain yang baik padamu. Aku yakin Jung Soo juga akan setuju,” ucap In Young yang merasa kasihan pada Yumi.
“Eonni, aku kesini untuk mengembalikan ini padamu. Terima kasih karena sudah memberikan tumpangan padaku di rumah oppa,” Yumi menyerahkan sebuah kunci yang merupakan kunci rumah yang ia tempati selama ini.
“Ini? Lalu kau akan tinggal dimana?” tanya In Young. “Dimana saja. Asalkan bisa melindungiku dari panas dan hujan,” jawab Yumi sekenanya. Ia lalu pamit pergi meninggalkan kafe. In Young menatap sedih kepergian Yumi.
Yumi berjalan seorang diri menyusuri jalanan yang ramai. Suasana kota yang ramai berbeda dengan suasana hatinya yang justru merasa sepi. Saat berada di kafe tadi bahkan ia seolah melihat bayang-bayang Jung Soo. Hati Yumi masih merasa berat, berat untuk menerima kepergian orang yang dicintainya.
“Yumi-ssi!” panggil seorang pria dari arah belakang. Yumi menghentikan langkahnya. Yumi mengukir senyuman di bibirnya saat ia menoleh pada pria yang baru saja memanggilnya.
_____
Di sebuah tempat karaoke. Yumi bersama dengan Heechul mendatangi tempat itu. Setelah hari wisuda mereka, Yumi dan Heechul baru kali ini bertemu lagi. Orang tua Kim Heechul bahkan berkali-kali menanyakan kabar hubungan mereka. “Aku ingin tahu bagaimana kabar tunangan palsuku ini,” ucap Heechul.
Yumi tersenyum kecut, “Kau bisa melihatnya sendiri, kan? Ayolah, pesan minuman dan kita bernyanyi!” seru Yumi. “Tapi kau, kan tidak minum?” bantah Heechul. “Aku ingin minum denganmu,” sambung Yumi lagi.
Akhirnya Heechul memesan minuman sementara Yumi bernyanyi lebih dulu. Lagu berikutnya mereka bernyanyi bersama sambil sesekali minum. Seterusnya musiknya terus mengalun tanpa ada yang bernyanyi. Yumi sudah tidak bersemangat lagi untuk bersenandung. Sementara Heechul hanya mengikuti Yumi dan terus memandangi gadis itu.
“Kau ini... baru satu botol saja sudah mabuk sampai seperti ini,” ucap Heechul seraya memandangi Yumi yang sudah benar-benar mabuk. Karena Yumi baru pertama kali minum, jadi efek alkoholnyanya cepat sekali muncul. Heechul tiba-tiba merasakan sesuatu yang lain. Tidak dipungkiri, ia merindukan gadis itu.
Yumi tiba-tiba menjatuhkan diri ke samping tubuh Heechul. Namja itu merasakan jantungnya seakan berhenti berdetak. Ia lantas meletakkan sebelah lengannya melingkari bahu yeoja itu hingga kepala gadis itu bersandar padanya.
“Begitu dekat. Kita begitu dekat,” gumam Heechul. Wajahnya bisa dengan jelas melihat wajah Yumi yang posisinya sangat dekat saat ini. Heechul merasa sedikit gugup tetapi juga tersirat perasaan nyaman. Beberapa saat kemudian mata Heechul tertuju pada bibir Yumi hingga ia akhirnya mendaratkan bibirnya disana tanpa permisi.

***

Yumi perlahan membuka matanya. Kepalanya terasa sangat berat seperti habis ditimpa beberapa ton batu besar. Yumi refleks melihat ke sekeliling ruangan yang sepertinya sudah tidak asing lagi di penglihatannya.
“Akhirnya kau bangun,” suara Heechul menyadarkan Yumi kalau sekarang dirinya tengah berada di rumah pria itu. Heechul duduk di tepi tempat tidur menghadap Yumi yang juga sudah merubah posisinya menjadi duduk.
“Kepalaku sakit sekali,” Yumi memegangi kepalanya seakan takut terlepas dari tempatnya. “Kalau tidak terbiasa minum tidak usah sok mengajakku minum segala!” omel Heechul. “Hh, kau ini bisanya mengomel terus!” protes yumi.
“Kemarikan kepalamu!” Heechul meraih kepala Yumi dan menempelkan kening masing-masing hingga wajah mereka berada cukup dekat. “Apa yang kau lakukan?” tanya Yumi heran. “Aku akan memindahkan sakit kepalamu padaku,” jawab Heechul asal.
“Kau ini ada-ada saja. Mana ada yang seperti itu,” racau Yumi. Sesaat kemudian mata mereka saling bertemu hingga membuat keduanya gugup. Mata Heechul terus saja menatap dalam-dalam ke mata Yumi hingga membuat gadis itu kikuk.
“Kim Heechul, lepaskan!” pinta Yumi. Yumi merasa ada sesuatu yang mencoba keluar dari dalam perutnya. Ia merasa mual akibat efek alkohol yang diminumnya. “Sebentar lagi!” sahut Heechul. Ia masih ingin berlama-lama berdekatan dengan tunangan palsunya itu dalam posisi seperti ini.
Yumi sudah tidak tahan lagi, “Ayo, lepaskan! Aku sepertinya mau muntah!” Yumi melepaskan diri dari Heechul dan berlari menuju kamar mandi. “Hh, astaga. Dia merusak suasana saja,” Heechul mendengus kesal.
Yumi sudah lebih bugar sekarang. Ia juga sudah selesai mandi dan berpakaian. Heechul memintanya untuk kembali tinggal bersamanya, terlebih lagi gadis itu tidak memiliki tujuan dan teman yang lain. Bagaimanapun juga Heechul dan Yumi telah lama bertunangan meskipun itu hanya rekayasa mereka berdua. Acara pertunangannya memang sungguhan, tapi tidak ada yang tahu kalau ternyata mereka berdua membuat perjanjian dibalik status mereka itu. Hanya Yumi dan para prince saja yang tahu rahasia ini.
“Aku dengar Donghae kembali ke Jepang. Lalu bagaimana dengan Kyuhyun? Kalau mereka pergi artinya kau pasti akan merasa kesepian, ya?” kata Yumi. “Iya, mereka sama sepertiku, mengurusi usaha orang tua kami,” jawab Heechul.
“Kalian beruntung, tanpa bersusah payah. Orang tua kalian membangun dari nol dan kalian hanya meneruskannya. Tapi aku ragu, apakah yang seperti itu bagus?” racau Yumi. “Kau bekerja dimana sekarang?” tanya Heechul.
“Hanya pekerjaan kecil-kecilan saja, aku bekerja di toko milik paman tetanggaku dulu. Susah sekali mendapatkan pekerjaan yang bagus di Seoul,” jawab Yumi. Ia menyesap secangkir teh hangat yang disediakan oleh Bibi Jang di atas meja.
“Kalau begitu kau bekerja padaku saja,” tawar Heechul. “Pelayan lagi?” protes Yumi. “Tentu saja tidak. Kalau kau mau kau bisa menjadi sekertarisku. Aku kebetulan sedang membutuhkan sekertaris,” ujar Heechul seraya menawarkan pekerjaan pada Yumi dengan maksud agar ia bisa kembali dekat dengan gadis itu.
“Baiklah, aku akan memikirkannya,” jawab Yumi terkesan tidak peduli. “Apalagi yang harus dipikirkan? Tinggal jawab iya apa susahnya?!” paksa Heechul. “Astaga, kau ini! Aku ingin mempertimbangkannya saja tidak boleh? Kalau aku jadi sekertarismu sama saja artinya aku jadi pelayan pribadimu, bertemu denganmu setiap waktu, mendengar omelanmu,”
“Apa lagi?” tantang Heechul. “Tidak ada. Pokoknya aku akan memikirkannya. Setidaknya besok baru akan memutuskan jawabannya,” jawab Yumi sedikit gugup karena ia merasa tatapan Heechul kali ini sangat aneh.
“Baiklah, aku mengerti. Oh, iya. Ayah menanyakanmu, juga mengenai pertunangan itu...,” Heechul memberitahu. “Huh? Apa itu masih berlanjut?” Yumi terbelalak. “Tentu saja! Aku belum memutuskannya berakhir. Itu artinya kau masih milikku,” sahut Heechul dengan wajah ngotot. “Milikmu? Kau pikir aku ini boneka mainanmu?” timpal Yumi kesal.
“Kau mau kemana?” Heechul buru-buru menahan tangan Yumi melihat gadis itu hendak meninggalkan dirinya. “Aku malas berdebat denganmu. Kata-katamu itu menyakiti harga diriku,” ucap Yumi.
“Maafkan aku. Mungkin aku terlalu rindu untuk mengerjaimu seperti dulu,” Heechul merajuk. “Hh, baiklah. Kali ini aku memaafkanmu. Kalau begitu lepaskan tanganmu!” pinta Yumi. Heechul bukannya melepaskan gadis itu tapi ia malah menariknya ke dalam pelukannya.
“A... apa yang kau lakukan?” suara Yumi terbata-bata. “Biarkan seperti ini. Aku merindukanmu. Tolong jangan pergi lagi. Tetaplah di sisiku,” pinta Heechul. Mendengar ucapan Heechul barusan membuat Yumi menelan ludah. Ia tidak tahu harus menjawab apa. “Kenapa dia seperti ini?” pikir Yumi. Saat ini jantung Yumi berdetak dengan sangat cepat. Heechul telah membuat jantung Yumi seakan sedang maraton.
Tiba-tiba saja Bibi Jang lewat dan melihat adegan pelukan itu. Bibi Jang jadi malu sendiri karena ternyata ia lewat diwaktu dan tempat yang salah.
“Ka... kau kenapa memotong rambutmu?” tanya Yumi tidak pada tempatnya. Saking gugupnya Yumi tidak tahu harus mengatakan apa pada Heechul. “Huh?” Heechul melepaskan pelukannya.
Hh, syukurlah sudah berakhir...,” batin Yumi.
“Rambut gondrongmu itu, kau mencukurnya. Sejak kapan?” tanya Yumi lagi. Ia memang baru tersadar kalau Heechul telah mencukur rambutnya. “Oh, sudah lama. Bagaimana menurutmu? Kau suka?” Heechul tersipu malu seraya menyentuh rambutnya.
“Kau terlihat lebih dewasa. Itu bagus. Yang dulu juga bagus. Tapi yang ini juga bagus,” ucap Yumi yang masih saja salah tingkah. “Haduh, bicara apa aku ini? Kenapa aku bisa sampai gugup begini?” gumam Yumi dalam hati.
“Aku senang kalau kau menyukainya,” ucap Heechul yang juga salah tingkah. “Aku ke kamar, ya!” Yumi ijin untuk kembali ke kamar. “Tunggu sebentar!” seru Heechul. “Huh..., mau apa lagi, sih?” sahut Yumi dalam hatinya gemas. Ia lantas berbalik dan memaksakan tersenyum pada Heechul, “Ne?” jawab Yumi.
“Besok ayahku meminta kita hadir di pesta peresmian gedung baru, juga untuk perayaan pengangkatanku sebagai presiden direktur. Kau mau, kan? Aku ingat kau tidak suka datang ke pesta sejak kejadian pesta di kampus dulu,” kata Heechul. “Karena ayahmu baik padaku, pasti aku akan datang!” jawab Yumi mantap. “Syukurlah,” Heechul menghembuskan nafas lega.


***


Di sebuah butik, masih butik yang sama dengan yang didatangi oleh Yumi dan Heechul sebelumnya, “Kau hadir tidak nanti malam? Aku dengar Yumi juga akan hadir. Tentu saja dia hadir! Bagaimanapun juga dia itu tunangan Heenim, kan! Ah, hahaha! Sudahlah, jangan ingatkan aku soal status palsu mereka. Bukankah Heenim sudah mengingatkan kita agar rahasia ini jangan sampai tersebar! Ah, sudahlah! Lalu apa kau akan datang? Huh? Sayang sekali. Ya, aku akan datang. Apa kau mau aku menyampaikan pesan untuk Yumi? Hahaha! Aku bercanda. Baiklah kalau begitu aku tutup teleponnya,” Kyuhyun menutup teleponnya. Ia baru saja menelepon Donghae yang sedang berada di Jepang. Tanpa Kyuhyun sadari ada seseorang yang menguping pembicaraannya dengan Donghae tadi.
“Hh, baiklah aku ambil yang ini!” Kyuhyun menyerahkan pakaian yang baru saja ia coba pada pelayan butik. Kyuhyun membeli pakaian itu untuk datang ke pestanya Heechul nanti malam. Saat ia di dalam ruang ganti tadi rupanya di ruangan sebelahnya ada seseorang yang mendengarkan pembicaraannya saat menelpon Donghae.
Pesta malam ini diadakan di gedung baru perusahaan. Semua relasi Tuan Kim Jaebum yang merupakan orang-oraang penting hadir disana. Karena ini adalah perusahaan fashion, jadi tentunya banyak artis dan model yang turut hadir. Pengguntingan pita merah sebagai tanda peresmian gedung baru saja dilakukan. Sekarang semuanya menghadiri pesta yang diadakan di dalam gedung.
Yumi dan Heechul berbincang akrab dengan sang ayah dan juga relasi kerja sang ayah. Tiba-tiba seorang wanita cantik yang datang terlambat memasuki ruangan itu, tetapi ia berjalan dengan penuh percaya diri ke ruangan itu.
“Itu Jessi, salah satu model kebanggaan perusahaan kami!’ kata Tuan Kim pada relasinya seraya menunjuk pada Jessi dan meminta Jessi ikut bergabung dengan mereka.
Melihat Jessi membuat Yumi merasa tidak nyaman sampai ia melangkah mundur satu langkah ke belakang, tapi rupanya ia menabrak bahu Heechul. Yumi semakin panik. Yumi menoleh pada Heechul dan pria itu mengerti apa yang dipikirkan oleh Yumi. Heechul melingkarkan lengannya melewati punggung gadis itu hingga ia bisa mengusap-usap lengan gadis itu.
Aku mengerti, Heechul ingin menenangkanku. Tapi gadis itu sangatlah menyeramkan,” pikir Yumi.
“Yumi, kau ingat, kan ayah pernah menceritakan soal Jessi. Ini dia orangnya,” kata Tuan Kim. “Iya. Aku ingat. Kami juga dulu satu kampus,” jawab Yumi berusaha senetral mungkin, tapi rupanya ia malah mendapat senyuman menjijikan dari Jessi, senyuman yang sama sekali tidak ramah, lebih tepatnya sebuah seringaian.
“Sedang apa kau disini? Pakaianmu bagus, dari mana kau mendapatkannya?” ucap Jessi dengan sangat tidak ramah dan terkesan meledek. “Oh, Jessi. Kau tidak tahu kalau Yumi sudah bertunangan dengan Heechul?” kata Tuan Kim.
“Oh, benarkah? Aku kira mereka hanya pura-pura saja,” seru Jessi, ia mulai melancarkan aksinya lagi untuk mengerjai Yumi dan Heechul. “Huh? Apa maksudmu?” Tuan Kim melirik kesana-sini berharap tidak ada orang lain yang mendengar semua ini. Tapi percuma, bahkan seorang relasinya yang sejak tadi mengobrol dengan mereka telah mendengar semuanya.
Yumi dan Heechul mulai panik dengan ulah Jessi kali ini, “Apa yang kau katakan? Jangan mengada-ada!” omel Heechul dengan mata melotot pada Jessi. Jessi tertawa meledek, “Iya, paman! Heechul dan wanita miskin ini hanya berpura-pura. Mereka tidak benar-benar pacaran. Tunangan itu hanya status palsu saja. Masa paman semudah itu dibodohi oleh mereka berdua?” Jessi terkekeh puas. Ia sakit hati mendapat penolakan dari Kim Heechul, makanya kesempatan ini tidak akan dilewatkan olehnya untuk membuat Kim Heechul malu di depan banyak orang.
Tuan Kim melotot pada Heechul dan Yumi, “Apa benar yang dikatakannya itu? Heechul, katakan pada ayah! Yumi!” ayahnya Heechul sangat terkejut dan kecewa mendengar bahwa pertunangan anaknya selama ini hanyalah permainan dan rekayasa yang dibuat-buat.
“Aku...,” ucap Yumi tertunduk takut, tetapi ia ingin mengatakan yang sebenarnya pada Tuan Kim Jaebum. “Ikut aku!” Heechul menarik tangan Yumi. Ia menarik gadis itu naik ke podium. Semua orang terdiam.
Saat itu Kyuhyun memasuki ruangan pesta. Ia heran kenapa pestanya sepi sekali. Semua orang hening, akhirnya Kyuhyun tersadar kalau perhatian semua orang terpusat pada Heechul dengan Yumi di depan sana.
Heechul memegang tangan Yumi dengan erat. Kyuhyun menjadi penasaran apa yang akan dilakukan oleh kedua temannya itu. “Sebagian besar dari kalian mungkin mengenal gadis ini sebagai tunanganku. Sebenarnya kami tidak benar-benar bertunangan. Tapi selama ini aku mencintai gadis ini. Kali ini aku tidak bohong. Mungkin kami akan segera mengadakan pesta selanjutnya, yaitu pesta pertunangan sungguhan. Kemarilah!” Heechul meminta Yumi lebih mendekat padanya. Sementara sejak tadi Heechul berbicara, Yumi justru syok dengan ulah Heechul kali ini.
“Apa lagi yang sudah kau lakukan itu?” bisik Yumi gugup. Heechul berpura-pura tidak mendengar, “Mendekatlah!” pinta Heechul lagi. Yumi terpaksa mendekat. Meskipun Yumi menolak untuk mendekat, Heechul bisa saja menarik lengannya agar ia mendekat.
“Aku mencintaimu,” ucap Heechul dengan mimik wajah serius. Ia lantas meraih kepala Yumi agar mendekat pada wajahnya dan satu lengannya lagi menahan punggung gadis itu. Heechul menekan tengkuk gadis itu hingga bibir mereka saling bersentuhan dan berpagutan. Yumi terbelalak tidak percaya kalau Kim Heechul yang angkuh itu sedang mencium dirinya. Tanpa sadar dan refleks lengan Yumi bergerak menyentuh bagian kepala Heechul. Ia sebenarnya ingin menghentikan aksi Heechul tapi entah kenapa urung dilakukannya.
Semua orang terkejut melihat sajian tontonan yang diberikan oleh Heechul, begitu juga dengan Tuan Kim Jaebum. Mereka sampai-sampai menganga melihat aksi Heechul dan Yumi di depan sana. “Astaga, anak muda jaman sekarang begitu terang-terangan,” Tuan Kim rupanya malah tertawa dengan aksi anaknya itu hingga yang lainnya juga ikut tertawa. Kyuhyun justru melongo tidak percaya kalau sahabatnya itu ternyata benar-benar mencintai tunangan palsunya itu.
Sementara itu Jessi justru mendengus kesal karena rencananya telah gagal, “Paman! Kenapa paman tidak menghukum mereka?” protes Jessi pada ayahnya Heechul. “Untuk apa? Bukankah sudah jelas kalau mereka akan benar-benar bertunangan, huh?” timpal Tuan Kim yang malah semakin membuat Jessi murka. Jessi lantas pergi dengan penuh kekesalan meninggalkan ruangan pesta, padahal ia seharusnya tampil bersama model-model lain malam ini.
Kali ini di dalam ruangan kerja Kim Heechul. Yumi bersama dengan Kyuhyun membicarakan soal insiden tadi. Kyuhyun penasaran kenapa Yumi dan Heechul bisa sampai segila itu mempertontonkan kemesraan di depan orang-orang, jadilah Yumi menceritakan semuanya. Tak lama, Heechul datang menyusul Yumi dan Kyuhyun ke ruangannya.
“Hei, sobat! Apa-apaan kau tadi? Memberikan tontonan semi-yadong pada para tamu,” ledek Kyuhyun pada Heechul. Ia masih sedikit syok pada ulah sahabatnya yang telah mempertontonkan ‘sedikit adegan dewasa’ di depan orang-orang.
“Aku tidak punya ide lain untuk membalas si Jessi itu,” jawab Heechul seraya mendengus kesal. “Aku tahu dia menyebalkan. Tapi dari mana dia bisa tahu soal itu, ya? Astaga, apa mungkin?” Kyuhyun panik sendiri menyadari kesalahannya. Kyuhyun berpikir mungkin saja Jessi telah menguping pembicaraannya dengan Donghae saat di telepon. Tapi Kyuhyun juga tidak begitu yakin karena ia tidak melihat Jessi saat di butik tadi.
“Ada apa?” tanya Heechul heran juga penasaran pada gelagat Kyuhyun yang mendadak aneh. “Ah, tidak ada,” kilah Kyuhyun yang takut kena omelan Heechul.
“Hh, bisa kau berikan kami berdua waktu untuk bicara?” pinta Heechul pada Kyuhyun dengan maksud mengusir secara halus. “Baiklah, aku mengerti. Oh, iya! Donghae memintaku menyampaikan maafnya karena tidak bisa hadir di acaramu ini,” kata Kyuhyun yang malah mendapatkan kode tangan dari Heechul sebagai tanda agar ia segera pergi. “Baiklah, aku akan pergi!” Kyuhyun mendengus kesal.
Sekarang hanya tinggal Yumi dan Heechul di ruangan itu. Yumi yang masih sangat kesal pada Heechul melempar Heechul dengan sepatu stiletto yang dipakainya, “Kenapa kau senang sekali membuatku dalam masalah?” omel Yumi dengan berapi-api.
Heechul berhasil menghindar, “Kau mau membunuhku dengan sepatumu yang tajam itu, huh?” Heechul lantas duduk di sebelah Yumi. Tapi Yumi malah membelakanginya dan benar-benar enggan untuk melihat wajah tampan itu.
“Aku tidak main-main saat mengatakannya tadi,” ucap Heechul dengan tenangnya. “Tidak masuk akal! Seharusnya kita tidak usah menipu orang-orang lagi!” sahut Yumi begitu kesalnya pada ulah Heechul.
“Kau tidak mendengar yang baru saja kukatakan?” Heechul memaksa Yumi agar melihat dirinya. Yumi berbalik menatap Heechul. Heechul meraih kedua tangan Yumi, “Aku benar-benar sudah jatuh cinta padamu,” ucap Heechul.
“Yang benar saja! Apa lagi ini? Pengakuan cinta, huh? Kim Heechul, jangan permainkan aku terus,” Yumi semakin kesal dan tidak habis pikir kenapa Heechul terus-terusan mempermainkan dirinya.
“Aku tidak mempermainkanmu! Apa kau ingin aku melakukan yang seperti tadi lagi di depan orang-orang?” sahut Heechul seraya mengancam. “Apa? Lagi? Maksudmu berciuman di depan orang-orang? Itu memuakkan, memalukan, menjijikan!” seru Yumi bergidik ngeri.
“Tidak usah berlebihan seperti itu. Itu bahkan bukan pertama kalinya kita berciuman!” sahut Heechul yang beberapa detik kemudian langsung tersadar salah berucap. Yumi jadi kebingungan sendiri. “Bukan? Aku tidak ingat pernah melakukannya denganmu sebelum kejadian hari ini. Apa maksudmu dengan mengatakan ini bukan yang pertama?” selidik Yumi penuh curiga.
“Kau salah dengar. Maksudku adalah ini bukan yang pertama kalinya, kan bagimu berciuman dengan seorang pria,” kilah Heechul yang mulai salah tingkah. Sebenarnya saat di tempat karaoke kemarin ia sempat mencium Yumi yang dalam keadaan tidak sadarkan diri karena mabuk.

***


“Kenapa dia belum keluar kamar juga? Memangnya dia tidak mau sarapan? Apa dia semarah itu padaku karena peristiwa semalam?” gumam Heechul. Heechul dan ayahnya sudah siap di meja makan untuk sarapan, tetapi Yumi belum muncul juga.
“Kenapa kau masih disini? Cepat susul dia!” perintah Tuan Kim. Heechul langsung menuruti perintah ayahnya. Ia pergi ke kamar Yumi. Setelah mengetuk pintu beberapa kali dan tidak ada jawaban akhirnya Heechul memaksa masuk. Pintu itu tidak dikunci oleh Yumi.
“Kenapa kau tidak mengunci pintunya? Astaga, sudah jam segini tapi kau masih berbaring seperti kerbau!” kata Heechul. Yumi ternyata masih berada di tempat tidur dan tertutup oleh selimut. “Hei, bangun! Ayah sudah menunggu untuk sarapan,” seru Heechul seraya membuka tabir selimut dari tubuh Yumi.
“Kau... kau kenapa? Apa kau sakit?” tanya Heechul. Ia mendadak panik melihat wajah Yumi memerah dan tubuhnya menggigil. Heechul menyentuh kening Yumi untuk memastikan apakah gadis itu sedang demam.
“Aku tidak sanggup bangun. Setiap bergerak sedikit saja rasanya kepalaku seperti mau pecah. Sakit sekali. Tenggorokanku juga sakit. Tubuhku rasanya seperti habis dicambuk ribuan kali,” ujar Yumi dengan suara lemah.
Heechul yang panik langsung memanggil Bibi Jang agar menelpon dokter dan memberitahu ayahnya soal keadaan Yumi agar tidak usah menunggu Yumi untuk sarapan. “Yumi kenapa?” Tuan Kim sudah berdiri di pintu kamar Yumi. Heechul sedang dalam posisi duduk di sebelah Yumi dan mengompres kening gadisnya itu.
“Aku sudah meminta Bibi Jang menelpon dokter, yah. Sepertinya demamnya ini bukan demam biasa,” ujar Heechul. “Hmm..., begitu. Sayang sekali ayah tidak bisa membantu merawat Yumi. Ayah harus segera kembali ke London,” kata Tuan Kim. “Tidak apa-apa, ayah. Aku akan menjaganya. Ayah pergi saja,” kata Heechul.
Sampai malam hari Heechul masih menjaga Yumi. Ia juga membantu menyuapi Yumi makanan. Dokter bilang kalau demamnya tidak kunjung hilang berarti Yumi harus segera mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
“Kau mau apa?” Heechul panik melihat Yumi hendak bangkit dari posisi berbaring. “Badanku sakit kalau berbaring terus,” jawab Yumi. Ia mencoba untuk duduk. Yumi terlihat lesu, wajahnya juga sendu dan memerah. “Uhh, rasanya kepalaku mau pecah,” kata Yumi seraya memegangi kepalanya.
“Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa aku perlu membawamu ke rumah sakit?” tanya Heechul. Ia lantas merangkul tubuh Yumi dari belakang sehingga gadis itu bisa menyandarkan diri di bahunya.
Yumi merasa tersentuh karena perhatian yang diberikan oleh Heechul, “Kepalaku masih sakit. Oh, iya. Kenapa kau tidak pergi kerja?” tanya Yumi. “Kau pikir aku tega meninggalkanmu seperti ini?” semprot Heechul.
“Hh... mengomel terus. Hei, kenapa tiba-tiba semakin gelap?” racau Yumi. “Huh? Gelap apanya?” tanya Heechul heran. Ia tiba-tiba terpikir sesuatu. Heechul sedikit panik, ia membalikkan wajah Yumi agar menoleh padanya dan ternyata benar dugaannya, gadis itu tidak sadarkan diri.
Di rumah sakit. Heechul dengan setia menemani dan merawat Yumi yang masih belum siuman. Seorang Heechul telah berubah menjadi sosok pria yang lembut sekarang. Matanya tak henti-hentinya memandangi wajah Yumi yang kedua matanya masih terpejam.
“Hei, Heenim. Makanlah! Aku dengar kau belum makan apa-apa hari ini,” Kyuhyun mencemaskan keadaan sahabatnya itu. Kyuhyun menemani Heechul menjaga Yumi di rumah sakit. “Kalau begitu aku akan membelikanmu makanan,” kata Kyuhyun lantas pergi meninggalkan Heechul.
Yumi tiba-tiba tersadar sambil meringis menahan sakit di kepalanya. Heechul sedikit sumringah melihat Yumi akhirnya membuka matanya. “Hh, aku baru membuka mata tapi malah kau yang aku lihat,” protes Yumi. Meskipun sedang sakit, tapi Yumi tetap saja sengaja membuat Heechul jengkel padanya.
“Memangnya siapa yang ingin kau lihat?” timpal Heechul kesal. “Tentu saja tunanganku, Jung Soo oppa!” jawab Yumi lalu mengerucutkan bibirnya. Heechul langsung terdiam. Ada perasaan yang lain saat mendengar gadis itu menyebutkan soal tunangannya.
“Kau lupa sesuatu? Tunanganmu sekarang aku. Tunanganmu yang dulu itu sudah tidak ada lagi sekarang,” Heechul tidak tega menyebutkan Jung Soo sudah tiada. “Aku tahu semua orang mengatakan Jung Soo oppa sudah meninggal, tapi aku percaya dia masih hidup di suatu tempat. Selama aku belum melihat sendiri jasadnya, aku percaya dia masih hidup,” tutur Yumi penuh keyakinan.
Heechul merasa hatinya iba sekaligus sedih karena Yumi yang dicintainya masih belum bisa melupakan Park Jung Soo. “Jasadnya sudah dikebumikan bersama jasad prajurit lainnya! Kenapa kau masih saja belum bisa menerimanya? Mau sampai kapan kau menunggu orang yang sudah mati, huh?” sahut Heechul yang mendadak emosi.
Mata Yumi mulai berkaca-kaca. Ada perasaan sakit saat mendengar ucapan Heechul tadi, “Apa hakmu mengatakan itu? Aku bilang aku yakin oppa masih hidup! Aku akan menunggu sampai dia menjemputku. Bahkan kalau sampai dia berada di neraka pun aku akan menyusulnya!” rutuk Yumi yang juga terbakar emosi.
Heechul langsung memaksa memeluk Yumi. Gadis itu berusaha mengelak, tapi Heechul tetap memaksa, “Dia sudah pergi. Kau juga tahu itu. Sekarang hanya ada kau dan aku. Hanya aku yang kau miliki. Aku tidak akan membiarkanmu terluka. Aku akan menggantikan Jung Soo untuk menjagamu,” ujar Heechul. Ia lantas melepaskan pelukannya saat ia merasa Yumi sudah tidak melakukan perlawanan seperti tadi. Yumi sepertinya terkesima mendengar pernyataan Heechul.
 “Aku benar-benar mencintaimu. Kau harus percaya itu,” ucap Heechul tanpa menatap wajah Yumi. Yumi rupanya malah tertawa. Ia terkekeh lucu. Ia merasa Heechul sedang bercanda. “Kenapa kau tertawa? Kau pikir pernyataan cintaku tadi lucu, huh?” protes Heechul.
“Iya, lucu. Saking lucunya aku sekarang jadi ingin buang air kecil. Hh, kau mau bantu aku tidak?” Yumi masih terkekeh sembari menahan hasrat ingin ke kamar kecil.
Heechul membantu memapahnya ke kamar kecil. Saat Yumi kembali dari kamar kecil, Heechul masih berdiri di depan pintu itu. Yumi yang kakinya masih lemas hampir saja terjatuh dan ia ditahan oleh Heechul. Sesaat mereka saling menatap. Yumi mendadak kikuk, terlebih lagi ia teringat Heechul baru saja mengutarakan isi hatinya padanya meskipun ia menganggapnya lucu.
Berbeda dengan Yumi, Heechul justru tanpa berkedip menatap dalam-dalam ke mata Yumi. “Yang aku katakan tadi itu serius. Aku ingin kau benar-benar menjadi tunanganku dan menjadi istriku,” ucap Heechul serius tetapi juga lembut. Kedua tangan Heechul masih menahan tubuh Yumi.
Yumi sejenak tertegun setelah mendengar pernyataan cinta Heechul, “Ini terlalu cepat. Aku harus memikirkannya. Lagi pula aku merasa tidak enak pada keluarga Jung Soo oppa,” ujar Yumi dengan sedikit terbata-bata.
“Ehm! Apa yang kalian lakukan di depan toilet seperti ini?” Kyuhyun rupanya sudah kembali dengan membawa beberapa makanan. “Aku hanya membantu memapahnya berjalan,” jawab Heechul gelagapan.
“Ooh! Eh, iya. Donghae menyampaikan salam untuk Yumi!” seru Kyuhyun. “Kenapa dia tidak langsung menelponku saja?” Yumi bertanya-tanya karena malaikat penjaganya itu sudah tidak lagi mengabarinya sejak lama.
“Tadi aku yang sengaja menelponnya. Mungkin dia terlalu sibuk makanya tidak sempat menghubungimu, atau mungkin dia takut pada Heenim,” kata Kyuhyun lantas terkekeh. “Kenapa dia harus takut padaku?” protes Heechul. “Sudahlah! Ayo, makan! Aku sudah lapar!” seru Kyuhyun.

***
  
“Aerin, sudah dua minggu ini aku menggantung perasaan Kim Heechul padaku. Aku tidak percaya dia bisa sampai menyukaiku apalagi sampai jatuh cinta padaku. Aku ragu harus bagaimana menjawabnya. Heechul memang sangat tampan dan juga kaya. Banyak wanita yang mengejarnya. Tapi aku masih belum berani untuk menerimanya. Aku takut melukai perasaan Jung Soo oppa. Kalau aku sampai menerimanya, apakah nantinya aku hanya akan mengecewakan Heechul karena hatiku belum sepenuhnya melupakan masa laluku? Aku memang mulai menyukai Heechul karena kebaikannya dan perhatian yang ia berikan padaku dengan caranya sendiri. Aerin, aku tahu kau pasti menertawakanku saat ini! Tapi aku benar-benar dilema saat ini sekaligus merasa lucu. Aku tidak pernah membayangkan kalau suatu hari akan berpacaran dengan Kim Heechul, musuh  bebuyutanku, apalagi kalau harus menikah dengannya dan memiliki anak darinya. Hoah! Rasanya duniaku berputar terbalik. Lihat ini, bahkan Heechul memberiku dress untuk kupakai malam ini. Kami akan bertemu di suatu tempat. Mungkin dia sudah tidak sabar untuk mendengar jawabanku. Hei, maaf aku banyak bicara. Kalau saja kau ada disini mungkin ada lebih banyak lagi yang ingin aku katakan. Hehe! Jaga dirimu, Aerin! Aku merindukanmu!” Yumi mengirim email itu pada Aerin.
Yumi bersiap berganti pakaian dan berdandan. Ia mengenakan dress santai yang diberikan oleh Heechul sebelumnya. Dress itu ia padankan dengan blazer yang warnanya senada.
Heechul sudah lebih dulu berangkat dan menunggu Yumi di dekat danau. Disana pria tampan itu tampak gugup dan tidak bisa diam. Sudah hampir satu jam Heechul menunggu Yumi. Ia sudah hampir kecewa kalau saja gadis itu tidak datang. “Hh, syukurlah kau datang,” ucap Heechul lega melihat Yumi berjalan mendekat menghampirinya ke sisi danau.
“Maaf, aku membuatmu menunggu lama,” ucap Yumi. “Memang sedikit menyebalkan, tapi seharusnya tadi kita pergi bersama saja,” kata Heechul seraya terkekeh.
Selama beberapa saat mereka saling diam. Yumi bingung bagaimana untuk memulai. Ia berharap Heechul bertanya lebih dulu padanya, tapi sejak tadi pria itu juga hanya diam saja. Jadilah keduanya hanya memandangi danau dibalik cahaya lampu-lampu dari kejauhan yang sedikit remang-remang.
“Aku lupa kita kesini untuk apa,” ucap Yumi salah tingkah. Ia terpaksa buka suara agar suasana tidak begitu canggung, tapi rupanya malah begitu terlihat jelas di mata Heechul kalau ia salah tingkah.
“Haha! Mana mungkin kau lupa? Ayolah, katakan sesuatu yang lain!” Heechul tertawa dan merubah posisinya menghadap Yumi. Yumi merasa kikuk, “Jangan menertawakanku, aku jadi canggung!” Yumi berterus terang. Pipinya tampak sedikit memerah karena tersipu malu. “Iya, aku juga merasakannya,” sambung Heechul.
Yumi tampak menghela nafas. Ia mulai akan berbicara serius pada Heechul, “Hh, aku... sebenarnya masih ragu untuk merencanakan masa depanku. Entah aku akan tetap disini, bekerja dan berkeluarga di negerimu ini, ataukah mungkin aku akan kembali ke negaraku,” ujar Yumi.
Heechul sangat antusias mendengarkan Yumi berbicara, tapi ia merasa sedikit kecewa tentang kemungkinan Yumi akan kembali ke Indonesia, “Baiklah, aku mengerti. Aku tidak akan memaksamu,” Heechul membuang pandangannya ke tempat lain. Ia merasa patah hati. Padahal Yumi sama sekali belum memberikan jawaban sebenarnya padanya.
Yumi menoleh pada Heechul, memperhatikan Heechul yang sekarang tertunduk dan menghela nafas berkali-kali. Yumi tidak menyangka kalau Heechul akan semudah itu menyerah, “Hanya begitu? Hanya seperti itu? Ada apa denganmu? Bukankah biasanya kau memaksakan kehendakmu padaku?” seru Yumi pada Heechul. Keberanian Yumi mulai terkumpul kembali saat ini. Ia meraih tangan Heechul dan menggenggamnya.
Heechul berpaling lagi pada Yumi, “Jadi maksudmu?” Heechul terperangah. Ia sedikit bingung dengan maksud ucapan Yumi, sedangkan Yumi hanya mengangguk padanya. Heechul lantas tersenyum setelah ia berhasil menebak-nebak maksud dari ucapan Yumi tadi, “Benarkah itu? Tolong yakinkan aku kalau aku tidak sedang bermimpi!” seru Heechul gembira.
Yumi akhirnya mendekap tubuh pria tinggi itu. Ia memberikan perasaan nyaman bagi pria yang tengah dipeluknya itu. “Aku belum bisa mencintaimu, tapi aku rasa mungkin aku bisa mencobanya,” ucap Yumi dalam hati.
Setelahnya, Yumi dan Heechul berjalan-jalan di sekitar tempat itu. Mereka berjalan sampai ke taman dekat danau itu. Banyak muda-mudi yang mendatangi tempat itu untuk sekedar bermalam mingguan. Yumi duduk di sebuah bangku taman dan Heechul juga menyusulnya duduk di sebelahnya. Bunga-bunga cherry blossom berguguran menambah romantisme suasana malam ini.
Diam-diam Yumi mengamati sosok Heechul dan tersenyum sendiri, “Kau tahu tidak? Rasanya lucu kau tiba-tiba mengutarakan cinta padaku. Padahal kita tidak pernah akur. Kalau mengingat masa-masa kuliah selalu membuatku tertawa dan juga kesal padamu,” tutur Yumi seraya memandangi keindahan langit malam ini.
“Haha! Iya, aku juga selalu tertawa kalau mengingatnya. Tapi, bagaimana dengan keluarga orang itu? Apa kau akan memberitahu mereka?” kata Heechul menyinggung soal keluarga Park Jung Soo.
“Iya. Sebetulnya aku merasa seperti seorang pengkhianat, tapi akan lebih baik kalau mereka tahu,” ujar Yumi. “Kau bukan pengkhianat. Jangan pernah berpikiran seperti itu! Kau juga, kan harus bahagia dengan kehidupanmu yang sekarang. Aku yakin mereka akan mengerti,” ujar Heechul menyemangati Yumi.
Yumi menoleh dan tersenyum pada Heechul. Heechul melihat pasangan yang berjalan berpegangan tangan di depan mereka. Tiba-tiba saja mata Heechul tertuju pada lengan Yumi. Ia juga ingin bisa menggenggam tangan gadisnya seperti itu. Heechul yang gugup mencoba untuk memberanikan diri meraih tangan Yumi. Tangan yang dulu selalu ditariknya dengan paksa kemanapun ia mau. Diluar dugaan justru malah Yumi lebih dulu menyandarkan dirinya di bahu Heechul. Heechul lagi-lagi terperangah.
Yumi sedikit mengangkat wajahnya ketika menoleh pada Heechul, “Tidak apa-apa, kan? Aku merasa nyaman saat pertama kali kau melakukan ini ketika aku sakit,” ujar Yumi. Heechul menjadi salah tingkah, tapi ia akhirnya berhasil memberanikan diri meraih tangan Yumi sedangkan lengannya yang lain merangkul tubuh gadis itu.
“Kita jadi seperti orang pacaran sungguhan, ya?” Yumi terkekeh. Heechul juga tertawa mendengar kata-kata Yumi itu. Di sekitar mereka, di taman itu memang banyak pasangan yang sedang berpacaran. Tapi tiba-tiba Yumi membenarkan posisi duduknya, “Kita pulang saja. Aku merasa tidak enak badan,” kata Yumi yang langsung berdiri. Entah kenapa, tapi Yumi merasa masih belum bisa menyesuaikan diri dengan Heechul. Heechul sedikit kecewa, “Baiklah, kita pulang!” seru Heechul seraya memaksakan tersenyum.

***


PART 9

PART 11

Buat yang baca, minta komentarnya, ya! Jangan jadi pembaca bisu. hehehe =D
Cerita ini murni hasil kretifitas author yang juga sebagian diambil dari adegan di mimpi Author. Hihii! Maaf kalau ada alur yang rada gak jelas, typo, dan nama-nama yang gak disukain. Intinya.. niat Author cuma mau nyalurin hobi menulis plus menghibur orang-orang yang senang membaca fanfic =)

Gomawo chingu! =)

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates