Judul :
Yeppeun Namja
Genre :
Drama, Romantic
Author :
Lee Ara
Cast :
Ayumi (Yumi), Park Jung Soo (Leeteuk), Kim Heechul, Lee Donghae, Cho Kyuhyun,
Aerin, Yesung, Jessica
“Aku tidak percaya ini...,” dada Yumi naik turun dengan cepat secepat
jatuhnya bulir bening yang mengalir deras dari kedua pelupuk matanya. Tiba-tiba
gelap.
Heechul menahan tubuh Yumi agar kepala gadis itu tidak membentur
lantai. Gadis itu tiba-tiba pingsan. Ia tidak sanggup bertahan setelah
mendengar kabar buruk itu. In Young semakin menangis bercampur panik melihat reaksi
Yumi yang sampai pingsan setelah mendengar kabar kematian Jung Soo akibat
serangan teroris.
Heechul memindahkan Yumi dan membaringkannya di tempat tidur. Ia tidak
bisa berkata apa-apa saat ini. Melihat keadaan tunangan palsunya saat ini
membuat hati Heechul iba. Bahkan saat memejamkan matapun Yumi masih menitikkan
air matanya. Ia benar-benar tertekan karena kehilangan orang yang paling
dicintainya.
“Yumi-ssi, ireona! Jangan seperti ini. Aku tahu kau bersedih. Aku juga
sedih. Ibuku juga sedih kehilangan putra kesayangannya,” ucap In Young seraya
menggenggam tangan Yumi sementara Heechul masih berdiri di belakang In Young.
Yumi sama sekali tidak sanggup menatap wajah In Young.
Yumi menarik nafas dengan susah payah, “Kenapa oppa meninggalkan aku?”
ucap Yumi lirih di sela tangisnya. “Apa dia lupa sudah berjanji padaku? Kenapa
dia pergi dengan cara seperti itu? Apa dia lupa kalau kami akan menikah? Jahat!
Oppa jahat! Aku tidak mau hidup tanpa oppa!” Yumi yang masih terbaring menangis
histeris seraya memukuli tempat tidurnya dengan kedua tangannya. Diremasnya
sprei dengan penuh amarah kekecewaan. Ia menangis pilu sampai suara tangisannya
terdengar menyayat hati.
In Young semakin tidak tega melihat Yumi. Ia memeluk gadis tunangan
mendiang adiknya itu untuk sedikit menenangkannya. Meskipun In Young maupun Heechul
tahu betul tidak ada yang bisa menghibur Yumi di saat seperti ini. “Yumi,
meskipun Jung Soo sudah tidak ada kau harus tetap hidup dengan baik. Itu... Jung
Soo juga pasti berharap demikian,” ujar In Young. In Young kemudian pamit untuk
pulang. In Young meninggalkan Yumi di kamar seorang diri.
Heechul mengantar kepergian In Young sampai ke teras. “Terima kasih.
Tapi kau ini siapa? Aku sebenarnya sejak tadi ingin bertanya ini padamu, tapi
keadaannya tidak memungkinkan,” kata In Young pada Heechul.
“Aku temannya Yumi. Teman kuliahnya. Tadinya kami akan pergi untuk
mengerjakan tugas kuliah, tapi ternyata...,” ujar Heechul. “Kalau begitu
maafkan aku,” ucap In Young. “Ah, tidak apa-apa. Berita yang kau sampaikan jauh
lebih penting baginya,” ujar Heechul.
“Tapi setelah melihat reaksinya aku jadi merasa bersalah,” suara In
Young melemah. “Dia pasti sangat terpukul dengan kepergian tunangannya,” ucap Heechul.
“Hh..., aku sangat mengerti perasaannya. Ini sudah larut. Aku pulang dulu,” In
Young pamit untuk pulang.
Di dalam kamar Yumi. Air mata Yumi seakan tidak ada habisnya. Kali ini
ia sudah tidak di pembaringan lagi. Ia bangkit mendekati meja, lantas membuka
laci dan mencari sesuatu. “Kalau kau tidak ada di dunia ini, maka aku juga
tidak akan ada...,” Yumi meraih sebuah pisau cutter. Dengan mata yang masih
basah oleh air mata, perlahan-lahan ia arahkan pisau cutter itu ke pergelangan
tangannya. “Oppa... ayo, kita bertemu!” Yumi menghela nafas panjang dan semakin
mendekatkan cutter itu pada pergelangan tangannya.
“Apa yang kau lakukan?!” bentak Heechul. Dengan gerakan secepat kilat
ia meraih tangan Yumi dan mengambil pisau cutter itu dari tangan Yumi kemudian
dilemparnya entah kemana.
“Jangan halangi aku!” Yumi lagi-lagi menangis histeris. “Apa kau sudah
gila, huh? Kau pikir dia akan pergi dengan tenang kalau tahu kau seperti ini?
Dia juga tidak akan suka kalau tahu kau terpuruk karena dia!” omel Heechul yang
sebenarnya merasa panik dan sangat mengkhawatirkan Yumi saat ini. Yumi masih
dalam posisi duduk di lantai dengan air mata yang menetes sampai membasahi
lantai kamar itu.
“Aku tidak mungkin meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini,” gumam Heechul.
Heechul berlutut di hadapan Yumi. Lengannya meraih tubuh ringkih itu. Yumi
jatuh dalam dekapan Heechul. Ia menangis sepuasnya disana hingga ia kembali
tidak sadarkan diri.
***
Dua tahun kemudian. Yumi mendatangi kafe Jung Soo untuk menemui In
Young. “Bagaimana kabarmu?” tanya In Young dengan ramah. “Masih belum terlalu
baik,” jawab Yumi. “Yumi-ssi, ini sudah dua tahun. Tolong jangan menyakiti
dirimu sendiri dengan meratapi adikku. Kau bisa mencari pria lain yang baik
padamu. Aku yakin Jung Soo juga akan setuju,” ucap In Young yang merasa kasihan
pada Yumi.
“Eonni, aku kesini untuk mengembalikan ini padamu. Terima kasih karena
sudah memberikan tumpangan padaku di rumah oppa,” Yumi menyerahkan sebuah kunci
yang merupakan kunci rumah yang ia tempati selama ini.
“Ini? Lalu kau akan tinggal dimana?” tanya In Young. “Dimana saja.
Asalkan bisa melindungiku dari panas dan hujan,” jawab Yumi sekenanya. Ia lalu
pamit pergi meninggalkan kafe. In Young menatap sedih kepergian Yumi.
Yumi berjalan seorang diri menyusuri jalanan yang ramai. Suasana kota
yang ramai berbeda dengan suasana hatinya yang justru merasa sepi. Saat berada
di kafe tadi bahkan ia seolah melihat bayang-bayang Jung Soo. Hati Yumi masih
merasa berat, berat untuk menerima kepergian orang yang dicintainya.
“Yumi-ssi!” panggil seorang pria dari arah belakang. Yumi menghentikan
langkahnya. Yumi mengukir senyuman di bibirnya saat ia menoleh pada pria yang
baru saja memanggilnya.
_____
Di sebuah tempat karaoke. Yumi bersama dengan Heechul mendatangi tempat
itu. Setelah hari wisuda mereka, Yumi dan Heechul baru kali ini bertemu lagi.
Orang tua Kim Heechul bahkan berkali-kali menanyakan kabar hubungan mereka. “Aku
ingin tahu bagaimana kabar tunangan palsuku ini,” ucap Heechul.
Yumi tersenyum kecut, “Kau bisa melihatnya sendiri, kan? Ayolah, pesan
minuman dan kita bernyanyi!” seru Yumi. “Tapi kau, kan tidak minum?” bantah Heechul.
“Aku ingin minum denganmu,” sambung Yumi lagi.
Akhirnya Heechul memesan minuman sementara Yumi bernyanyi lebih dulu.
Lagu berikutnya mereka bernyanyi bersama sambil sesekali minum. Seterusnya musiknya
terus mengalun tanpa ada yang bernyanyi. Yumi sudah tidak bersemangat lagi
untuk bersenandung. Sementara Heechul hanya mengikuti Yumi dan terus memandangi
gadis itu.
“Kau ini... baru satu botol saja sudah mabuk sampai seperti ini,” ucap Heechul
seraya memandangi Yumi yang sudah benar-benar mabuk. Karena Yumi baru pertama
kali minum, jadi efek alkoholnyanya cepat sekali muncul. Heechul tiba-tiba
merasakan sesuatu yang lain. Tidak dipungkiri, ia merindukan gadis itu.
Yumi tiba-tiba menjatuhkan diri ke samping tubuh Heechul. Namja
itu merasakan jantungnya seakan berhenti berdetak. Ia lantas meletakkan sebelah
lengannya melingkari bahu yeoja itu hingga kepala gadis itu bersandar padanya.
“Begitu dekat. Kita begitu dekat,” gumam Heechul. Wajahnya bisa dengan
jelas melihat wajah Yumi yang posisinya sangat dekat saat ini. Heechul merasa
sedikit gugup tetapi juga tersirat perasaan nyaman. Beberapa saat kemudian mata
Heechul tertuju pada bibir Yumi hingga ia akhirnya mendaratkan bibirnya disana
tanpa permisi.
***
Yumi perlahan membuka matanya. Kepalanya terasa sangat berat seperti
habis ditimpa beberapa ton batu besar. Yumi refleks melihat ke sekeliling
ruangan yang sepertinya sudah tidak asing lagi di penglihatannya.
“Akhirnya kau bangun,” suara Heechul menyadarkan Yumi kalau sekarang
dirinya tengah berada di rumah pria itu. Heechul duduk di tepi tempat tidur
menghadap Yumi yang juga sudah merubah posisinya menjadi duduk.
“Kepalaku sakit sekali,” Yumi memegangi kepalanya seakan takut terlepas
dari tempatnya. “Kalau tidak terbiasa minum tidak usah sok mengajakku minum
segala!” omel Heechul. “Hh, kau ini bisanya mengomel terus!” protes yumi.
“Kemarikan kepalamu!” Heechul meraih kepala Yumi dan menempelkan kening
masing-masing hingga wajah mereka berada cukup dekat. “Apa yang kau lakukan?”
tanya Yumi heran. “Aku akan memindahkan sakit kepalamu padaku,” jawab Heechul
asal.
“Kau ini ada-ada saja. Mana ada yang seperti itu,” racau Yumi. Sesaat
kemudian mata mereka saling bertemu hingga membuat keduanya gugup. Mata Heechul
terus saja menatap dalam-dalam ke mata Yumi hingga membuat gadis itu kikuk.
“Kim Heechul, lepaskan!” pinta Yumi. Yumi merasa ada sesuatu yang
mencoba keluar dari dalam perutnya. Ia merasa mual akibat efek alkohol yang
diminumnya. “Sebentar lagi!” sahut Heechul. Ia masih ingin berlama-lama
berdekatan dengan tunangan palsunya itu dalam posisi seperti ini.
Yumi sudah tidak tahan lagi, “Ayo, lepaskan! Aku sepertinya mau
muntah!” Yumi melepaskan diri dari Heechul dan berlari menuju kamar mandi. “Hh,
astaga. Dia merusak suasana saja,” Heechul mendengus kesal.
Yumi sudah lebih bugar sekarang. Ia juga sudah selesai mandi dan
berpakaian. Heechul memintanya untuk kembali tinggal bersamanya, terlebih lagi
gadis itu tidak memiliki tujuan dan teman yang lain. Bagaimanapun juga Heechul
dan Yumi telah lama bertunangan meskipun itu hanya rekayasa mereka berdua.
Acara pertunangannya memang sungguhan, tapi tidak ada yang tahu kalau ternyata
mereka berdua membuat perjanjian dibalik status mereka itu. Hanya Yumi dan para
prince saja yang tahu rahasia ini.
“Aku dengar Donghae kembali ke Jepang. Lalu bagaimana dengan Kyuhyun?
Kalau mereka pergi artinya kau pasti akan merasa kesepian, ya?” kata Yumi. “Iya,
mereka sama sepertiku, mengurusi usaha orang tua kami,” jawab Heechul.
“Kalian beruntung, tanpa bersusah payah. Orang tua kalian membangun
dari nol dan kalian hanya meneruskannya. Tapi aku ragu, apakah yang seperti itu
bagus?” racau Yumi. “Kau bekerja dimana sekarang?” tanya Heechul.
“Hanya pekerjaan kecil-kecilan saja, aku bekerja di toko milik paman
tetanggaku dulu. Susah sekali mendapatkan pekerjaan yang bagus di Seoul,” jawab
Yumi. Ia menyesap secangkir teh hangat yang disediakan oleh Bibi Jang di atas
meja.
“Kalau begitu kau bekerja padaku saja,” tawar Heechul. “Pelayan lagi?”
protes Yumi. “Tentu saja tidak. Kalau kau mau kau bisa menjadi sekertarisku.
Aku kebetulan sedang membutuhkan sekertaris,” ujar Heechul seraya menawarkan
pekerjaan pada Yumi dengan maksud agar ia bisa kembali dekat dengan gadis itu.
“Baiklah, aku akan memikirkannya,” jawab Yumi terkesan tidak peduli. “Apalagi
yang harus dipikirkan? Tinggal jawab iya apa susahnya?!” paksa Heechul. “Astaga,
kau ini! Aku ingin mempertimbangkannya saja tidak boleh? Kalau aku jadi
sekertarismu sama saja artinya aku jadi pelayan pribadimu, bertemu denganmu
setiap waktu, mendengar omelanmu,”
“Apa lagi?” tantang Heechul. “Tidak ada. Pokoknya aku akan
memikirkannya. Setidaknya besok baru akan memutuskan jawabannya,” jawab Yumi
sedikit gugup karena ia merasa tatapan Heechul kali ini sangat aneh.
“Baiklah, aku mengerti. Oh, iya. Ayah menanyakanmu, juga mengenai
pertunangan itu...,” Heechul memberitahu. “Huh? Apa itu masih berlanjut?” Yumi
terbelalak. “Tentu saja! Aku belum memutuskannya berakhir. Itu artinya kau
masih milikku,” sahut Heechul dengan wajah ngotot. “Milikmu? Kau pikir aku ini
boneka mainanmu?” timpal Yumi kesal.
“Kau mau kemana?” Heechul buru-buru menahan tangan Yumi melihat gadis
itu hendak meninggalkan dirinya. “Aku malas berdebat denganmu. Kata-katamu itu
menyakiti harga diriku,” ucap Yumi.
“Maafkan aku. Mungkin aku terlalu rindu untuk mengerjaimu seperti dulu,”
Heechul merajuk. “Hh, baiklah. Kali ini aku memaafkanmu. Kalau begitu lepaskan
tanganmu!” pinta Yumi. Heechul bukannya melepaskan gadis itu tapi ia malah
menariknya ke dalam pelukannya.
“A... apa yang kau lakukan?” suara Yumi terbata-bata. “Biarkan seperti
ini. Aku merindukanmu. Tolong jangan pergi lagi. Tetaplah di sisiku,” pinta Heechul.
Mendengar ucapan Heechul barusan membuat Yumi menelan ludah. Ia tidak tahu
harus menjawab apa. “Kenapa dia seperti ini?” pikir Yumi. Saat ini
jantung Yumi berdetak dengan sangat cepat. Heechul telah membuat jantung Yumi
seakan sedang maraton.
Tiba-tiba saja Bibi Jang lewat dan melihat adegan pelukan itu. Bibi
Jang jadi malu sendiri karena ternyata ia lewat diwaktu dan tempat yang salah.
“Ka... kau kenapa memotong rambutmu?” tanya Yumi tidak pada tempatnya.
Saking gugupnya Yumi tidak tahu harus mengatakan apa pada Heechul. “Huh?” Heechul
melepaskan pelukannya.
“Hh, syukurlah sudah berakhir...,” batin Yumi.
“Rambut gondrongmu itu, kau mencukurnya. Sejak kapan?” tanya Yumi lagi.
Ia memang baru tersadar kalau Heechul telah mencukur rambutnya. “Oh, sudah
lama. Bagaimana menurutmu? Kau suka?” Heechul tersipu malu seraya menyentuh
rambutnya.
“Kau terlihat lebih dewasa. Itu bagus. Yang dulu juga bagus. Tapi yang
ini juga bagus,” ucap Yumi yang masih saja salah tingkah. “Haduh, bicara apa
aku ini? Kenapa aku bisa sampai gugup begini?” gumam Yumi dalam hati.
“Aku senang kalau kau menyukainya,” ucap Heechul yang juga salah
tingkah. “Aku ke kamar, ya!” Yumi ijin untuk kembali ke kamar. “Tunggu
sebentar!” seru Heechul. “Huh..., mau apa lagi, sih?” sahut Yumi dalam
hatinya gemas. Ia lantas berbalik dan memaksakan tersenyum pada Heechul, “Ne?”
jawab Yumi.
“Besok ayahku meminta kita hadir di pesta peresmian gedung baru, juga
untuk perayaan pengangkatanku sebagai presiden direktur. Kau mau, kan? Aku
ingat kau tidak suka datang ke pesta sejak kejadian pesta di kampus dulu,” kata
Heechul. “Karena ayahmu baik padaku, pasti aku akan datang!” jawab Yumi mantap.
“Syukurlah,” Heechul menghembuskan nafas lega.
***
Di sebuah butik, masih butik yang sama dengan yang didatangi oleh Yumi
dan Heechul sebelumnya, “Kau hadir tidak nanti malam? Aku dengar Yumi juga akan
hadir. Tentu saja dia hadir! Bagaimanapun juga dia itu tunangan Heenim, kan!
Ah, hahaha! Sudahlah, jangan ingatkan aku soal status palsu mereka. Bukankah Heenim
sudah mengingatkan kita agar rahasia ini jangan sampai tersebar! Ah, sudahlah!
Lalu apa kau akan datang? Huh? Sayang sekali. Ya, aku akan datang. Apa kau mau
aku menyampaikan pesan untuk Yumi? Hahaha! Aku bercanda. Baiklah kalau begitu
aku tutup teleponnya,” Kyuhyun menutup teleponnya. Ia baru saja menelepon Donghae
yang sedang berada di Jepang. Tanpa Kyuhyun sadari ada seseorang yang menguping
pembicaraannya dengan Donghae tadi.
“Hh, baiklah aku ambil yang ini!” Kyuhyun menyerahkan pakaian yang baru
saja ia coba pada pelayan butik. Kyuhyun membeli pakaian itu untuk datang ke
pestanya Heechul nanti malam. Saat ia di dalam ruang ganti tadi rupanya di
ruangan sebelahnya ada seseorang yang mendengarkan pembicaraannya saat menelpon
Donghae.
Pesta malam ini diadakan di gedung baru perusahaan. Semua relasi Tuan
Kim Jaebum yang merupakan orang-oraang penting hadir disana. Karena ini adalah
perusahaan fashion, jadi tentunya banyak artis dan model yang turut hadir.
Pengguntingan pita merah sebagai tanda peresmian gedung baru saja dilakukan.
Sekarang semuanya menghadiri pesta yang diadakan di dalam gedung.
Yumi dan Heechul berbincang akrab dengan sang ayah dan juga relasi
kerja sang ayah. Tiba-tiba seorang wanita cantik yang datang terlambat memasuki
ruangan itu, tetapi ia berjalan dengan penuh percaya diri ke ruangan itu.
“Itu Jessi, salah satu model kebanggaan perusahaan kami!’ kata Tuan Kim
pada relasinya seraya menunjuk pada Jessi dan meminta Jessi ikut bergabung dengan
mereka.
Melihat Jessi membuat Yumi merasa tidak nyaman sampai ia melangkah
mundur satu langkah ke belakang, tapi rupanya ia menabrak bahu Heechul. Yumi
semakin panik. Yumi menoleh pada Heechul dan pria itu mengerti apa yang
dipikirkan oleh Yumi. Heechul melingkarkan lengannya melewati punggung gadis
itu hingga ia bisa mengusap-usap lengan gadis itu.
“Aku mengerti, Heechul ingin menenangkanku. Tapi gadis itu sangatlah
menyeramkan,” pikir Yumi.
“Yumi, kau ingat, kan ayah pernah menceritakan soal Jessi. Ini dia
orangnya,” kata Tuan Kim. “Iya. Aku ingat. Kami juga dulu satu kampus,” jawab
Yumi berusaha senetral mungkin, tapi rupanya ia malah mendapat senyuman
menjijikan dari Jessi, senyuman yang sama sekali tidak ramah, lebih tepatnya
sebuah seringaian.
“Sedang apa kau disini? Pakaianmu bagus, dari mana kau mendapatkannya?”
ucap Jessi dengan sangat tidak ramah dan terkesan meledek. “Oh, Jessi. Kau
tidak tahu kalau Yumi sudah bertunangan dengan Heechul?” kata Tuan Kim.
“Oh, benarkah? Aku kira mereka hanya pura-pura saja,” seru Jessi, ia
mulai melancarkan aksinya lagi untuk mengerjai Yumi dan Heechul. “Huh? Apa
maksudmu?” Tuan Kim melirik kesana-sini berharap tidak ada orang lain yang
mendengar semua ini. Tapi percuma, bahkan seorang relasinya yang sejak tadi
mengobrol dengan mereka telah mendengar semuanya.
Yumi dan Heechul mulai panik dengan ulah Jessi kali ini, “Apa yang kau
katakan? Jangan mengada-ada!” omel Heechul dengan mata melotot pada Jessi. Jessi
tertawa meledek, “Iya, paman! Heechul dan wanita miskin ini hanya berpura-pura.
Mereka tidak benar-benar pacaran. Tunangan itu hanya status palsu saja. Masa
paman semudah itu dibodohi oleh mereka berdua?” Jessi terkekeh puas. Ia sakit
hati mendapat penolakan dari Kim Heechul, makanya kesempatan ini tidak akan
dilewatkan olehnya untuk membuat Kim Heechul malu di depan banyak orang.
Tuan Kim melotot pada Heechul dan Yumi, “Apa benar yang dikatakannya
itu? Heechul, katakan pada ayah! Yumi!” ayahnya Heechul sangat terkejut dan
kecewa mendengar bahwa pertunangan anaknya selama ini hanyalah permainan dan
rekayasa yang dibuat-buat.
“Aku...,” ucap Yumi tertunduk takut, tetapi ia ingin mengatakan yang
sebenarnya pada Tuan Kim Jaebum. “Ikut aku!” Heechul menarik tangan Yumi. Ia
menarik gadis itu naik ke podium. Semua orang terdiam.
Saat itu Kyuhyun memasuki ruangan pesta. Ia heran kenapa pestanya sepi
sekali. Semua orang hening, akhirnya Kyuhyun tersadar kalau perhatian semua
orang terpusat pada Heechul dengan Yumi di depan sana.
Heechul memegang tangan Yumi dengan erat. Kyuhyun menjadi penasaran apa
yang akan dilakukan oleh kedua temannya itu. “Sebagian besar dari kalian
mungkin mengenal gadis ini sebagai tunanganku. Sebenarnya kami tidak
benar-benar bertunangan. Tapi selama ini aku mencintai gadis ini. Kali ini aku
tidak bohong. Mungkin kami akan segera mengadakan pesta selanjutnya, yaitu
pesta pertunangan sungguhan. Kemarilah!” Heechul meminta Yumi lebih mendekat
padanya. Sementara sejak tadi Heechul berbicara, Yumi justru syok dengan ulah Heechul
kali ini.
“Apa lagi yang sudah kau lakukan itu?” bisik Yumi gugup. Heechul
berpura-pura tidak mendengar, “Mendekatlah!” pinta Heechul lagi. Yumi terpaksa
mendekat. Meskipun Yumi menolak untuk mendekat, Heechul bisa saja menarik
lengannya agar ia mendekat.
“Aku mencintaimu,” ucap Heechul dengan mimik wajah serius. Ia lantas
meraih kepala Yumi agar mendekat pada wajahnya dan satu lengannya lagi menahan
punggung gadis itu. Heechul menekan tengkuk gadis itu hingga bibir mereka
saling bersentuhan dan berpagutan. Yumi terbelalak tidak percaya kalau Kim Heechul
yang angkuh itu sedang mencium dirinya. Tanpa sadar dan refleks lengan Yumi
bergerak menyentuh bagian kepala Heechul. Ia sebenarnya ingin menghentikan aksi
Heechul tapi entah kenapa urung dilakukannya.
Semua orang terkejut melihat sajian tontonan yang diberikan oleh Heechul,
begitu juga dengan Tuan Kim Jaebum. Mereka sampai-sampai menganga melihat aksi Heechul
dan Yumi di depan sana. “Astaga, anak muda jaman sekarang begitu
terang-terangan,” Tuan Kim rupanya malah tertawa dengan aksi anaknya itu hingga
yang lainnya juga ikut tertawa. Kyuhyun justru melongo tidak percaya kalau
sahabatnya itu ternyata benar-benar mencintai tunangan palsunya itu.
Sementara itu Jessi justru mendengus kesal karena rencananya telah
gagal, “Paman! Kenapa paman tidak menghukum mereka?” protes Jessi pada ayahnya Heechul.
“Untuk apa? Bukankah sudah jelas kalau mereka akan benar-benar bertunangan, huh?”
timpal Tuan Kim yang malah semakin membuat Jessi murka. Jessi lantas pergi
dengan penuh kekesalan meninggalkan ruangan pesta, padahal ia seharusnya tampil
bersama model-model lain malam ini.
Kali ini di dalam ruangan kerja Kim Heechul. Yumi bersama dengan Kyuhyun
membicarakan soal insiden tadi. Kyuhyun penasaran kenapa Yumi dan Heechul bisa
sampai segila itu mempertontonkan kemesraan di depan orang-orang, jadilah Yumi
menceritakan semuanya. Tak lama, Heechul datang menyusul Yumi dan Kyuhyun ke
ruangannya.
“Hei, sobat! Apa-apaan kau tadi? Memberikan tontonan semi-yadong pada
para tamu,” ledek Kyuhyun pada Heechul. Ia masih sedikit syok pada ulah
sahabatnya yang telah mempertontonkan ‘sedikit adegan dewasa’ di depan
orang-orang.
“Aku tidak punya ide lain untuk membalas si Jessi itu,” jawab Heechul
seraya mendengus kesal. “Aku tahu dia menyebalkan. Tapi dari mana dia bisa tahu
soal itu, ya? Astaga, apa mungkin?” Kyuhyun panik sendiri menyadari
kesalahannya. Kyuhyun berpikir mungkin saja Jessi telah menguping
pembicaraannya dengan Donghae saat di telepon. Tapi Kyuhyun juga tidak begitu
yakin karena ia tidak melihat Jessi saat di butik tadi.
“Ada apa?” tanya Heechul heran juga penasaran pada gelagat Kyuhyun yang
mendadak aneh. “Ah, tidak ada,” kilah Kyuhyun yang takut kena omelan Heechul.
“Hh, bisa kau berikan kami berdua waktu untuk bicara?” pinta Heechul
pada Kyuhyun dengan maksud mengusir secara halus. “Baiklah, aku mengerti. Oh,
iya! Donghae memintaku menyampaikan maafnya karena tidak bisa hadir di acaramu
ini,” kata Kyuhyun yang malah mendapatkan kode tangan dari Heechul sebagai
tanda agar ia segera pergi. “Baiklah, aku akan pergi!” Kyuhyun mendengus kesal.
Sekarang hanya tinggal Yumi dan Heechul di ruangan itu. Yumi yang masih
sangat kesal pada Heechul melempar Heechul dengan sepatu stiletto yang dipakainya, “Kenapa kau senang sekali membuatku dalam
masalah?” omel Yumi dengan berapi-api.
Heechul berhasil menghindar, “Kau mau membunuhku dengan sepatumu yang
tajam itu, huh?” Heechul lantas duduk di sebelah Yumi. Tapi Yumi malah
membelakanginya dan benar-benar enggan untuk melihat wajah tampan itu.
“Aku tidak main-main saat mengatakannya tadi,” ucap Heechul dengan
tenangnya. “Tidak masuk akal! Seharusnya kita tidak usah menipu orang-orang
lagi!” sahut Yumi begitu kesalnya pada ulah Heechul.
“Kau tidak mendengar yang baru saja kukatakan?” Heechul memaksa Yumi
agar melihat dirinya. Yumi berbalik menatap Heechul. Heechul meraih kedua
tangan Yumi, “Aku benar-benar sudah jatuh cinta padamu,” ucap Heechul.
“Yang benar saja! Apa lagi ini? Pengakuan cinta, huh? Kim Heechul,
jangan permainkan aku terus,” Yumi semakin kesal dan tidak habis pikir kenapa Heechul
terus-terusan mempermainkan dirinya.
“Aku tidak mempermainkanmu! Apa kau ingin aku melakukan yang seperti
tadi lagi di depan orang-orang?” sahut Heechul seraya mengancam. “Apa? Lagi?
Maksudmu berciuman di depan orang-orang? Itu memuakkan, memalukan, menjijikan!”
seru Yumi bergidik ngeri.
“Tidak usah berlebihan seperti itu. Itu bahkan bukan pertama kalinya kita
berciuman!” sahut Heechul yang beberapa detik kemudian langsung tersadar salah
berucap. Yumi jadi kebingungan sendiri. “Bukan? Aku tidak ingat pernah
melakukannya denganmu sebelum kejadian hari ini. Apa maksudmu dengan mengatakan
ini bukan yang pertama?” selidik Yumi penuh curiga.
“Kau salah dengar. Maksudku adalah ini bukan yang pertama kalinya, kan
bagimu berciuman dengan seorang pria,” kilah Heechul yang mulai salah tingkah.
Sebenarnya saat di tempat karaoke kemarin ia sempat mencium Yumi yang dalam
keadaan tidak sadarkan diri karena mabuk.
***
“Kenapa dia belum keluar kamar juga? Memangnya dia tidak mau sarapan?
Apa dia semarah itu padaku karena peristiwa semalam?” gumam Heechul. Heechul
dan ayahnya sudah siap di meja makan untuk sarapan, tetapi Yumi belum muncul
juga.
“Kenapa kau masih disini? Cepat susul dia!” perintah Tuan Kim. Heechul
langsung menuruti perintah ayahnya. Ia pergi ke kamar Yumi. Setelah mengetuk
pintu beberapa kali dan tidak ada jawaban akhirnya Heechul memaksa masuk. Pintu
itu tidak dikunci oleh Yumi.
“Kenapa kau tidak mengunci pintunya? Astaga, sudah jam segini tapi kau
masih berbaring seperti kerbau!” kata Heechul. Yumi ternyata masih berada di
tempat tidur dan tertutup oleh selimut. “Hei, bangun! Ayah sudah menunggu untuk
sarapan,” seru Heechul seraya membuka tabir selimut dari tubuh Yumi.
“Kau... kau kenapa? Apa kau sakit?” tanya Heechul. Ia mendadak panik
melihat wajah Yumi memerah dan tubuhnya menggigil. Heechul menyentuh kening
Yumi untuk memastikan apakah gadis itu sedang demam.
“Aku tidak sanggup bangun. Setiap bergerak sedikit saja rasanya
kepalaku seperti mau pecah. Sakit sekali. Tenggorokanku juga sakit. Tubuhku
rasanya seperti habis dicambuk ribuan kali,” ujar Yumi dengan suara lemah.
Heechul yang panik langsung memanggil Bibi Jang agar menelpon dokter
dan memberitahu ayahnya soal keadaan Yumi agar tidak usah menunggu Yumi untuk
sarapan. “Yumi kenapa?” Tuan Kim sudah berdiri di pintu kamar Yumi. Heechul
sedang dalam posisi duduk di sebelah Yumi dan mengompres kening gadisnya itu.
“Aku sudah meminta Bibi Jang menelpon dokter, yah. Sepertinya demamnya
ini bukan demam biasa,” ujar Heechul. “Hmm..., begitu. Sayang sekali ayah tidak
bisa membantu merawat Yumi. Ayah harus segera kembali ke London,” kata Tuan Kim.
“Tidak apa-apa, ayah. Aku akan menjaganya. Ayah pergi saja,” kata Heechul.
Sampai malam hari Heechul masih menjaga Yumi. Ia juga membantu menyuapi
Yumi makanan. Dokter bilang kalau demamnya tidak kunjung hilang berarti Yumi
harus segera mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
“Kau mau apa?” Heechul panik melihat Yumi hendak bangkit dari posisi
berbaring. “Badanku sakit kalau berbaring terus,” jawab Yumi. Ia mencoba untuk
duduk. Yumi terlihat lesu, wajahnya juga sendu dan memerah. “Uhh, rasanya
kepalaku mau pecah,” kata Yumi seraya memegangi kepalanya.
“Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa aku perlu membawamu ke rumah sakit?”
tanya Heechul. Ia lantas merangkul tubuh Yumi dari belakang sehingga gadis itu
bisa menyandarkan diri di bahunya.
Yumi merasa tersentuh karena perhatian yang diberikan oleh Heechul, “Kepalaku
masih sakit. Oh, iya. Kenapa kau tidak pergi kerja?” tanya Yumi. “Kau pikir aku
tega meninggalkanmu seperti ini?” semprot Heechul.
“Hh... mengomel terus. Hei, kenapa tiba-tiba semakin gelap?” racau
Yumi. “Huh? Gelap apanya?” tanya Heechul heran. Ia tiba-tiba terpikir sesuatu. Heechul
sedikit panik, ia membalikkan wajah Yumi agar menoleh padanya dan ternyata
benar dugaannya, gadis itu tidak sadarkan diri.
Di rumah sakit. Heechul dengan setia menemani dan merawat Yumi yang
masih belum siuman. Seorang Heechul telah berubah menjadi sosok pria yang
lembut sekarang. Matanya tak henti-hentinya memandangi wajah Yumi yang kedua
matanya masih terpejam.
“Hei, Heenim. Makanlah! Aku dengar kau belum makan apa-apa hari ini,” Kyuhyun
mencemaskan keadaan sahabatnya itu. Kyuhyun menemani Heechul menjaga Yumi di
rumah sakit. “Kalau begitu aku akan membelikanmu makanan,” kata Kyuhyun lantas
pergi meninggalkan Heechul.
Yumi tiba-tiba tersadar sambil meringis menahan sakit di kepalanya. Heechul
sedikit sumringah melihat Yumi akhirnya membuka matanya. “Hh, aku baru membuka
mata tapi malah kau yang aku lihat,” protes Yumi. Meskipun sedang sakit, tapi
Yumi tetap saja sengaja membuat Heechul jengkel padanya.
“Memangnya siapa yang ingin kau lihat?” timpal Heechul kesal. “Tentu
saja tunanganku, Jung Soo oppa!” jawab Yumi lalu mengerucutkan bibirnya. Heechul
langsung terdiam. Ada perasaan yang lain saat mendengar gadis itu menyebutkan
soal tunangannya.
“Kau lupa sesuatu? Tunanganmu sekarang aku. Tunanganmu yang dulu itu sudah
tidak ada lagi sekarang,” Heechul tidak tega menyebutkan Jung Soo sudah tiada. “Aku
tahu semua orang mengatakan Jung Soo oppa sudah meninggal, tapi aku percaya dia
masih hidup di suatu tempat. Selama aku belum melihat sendiri jasadnya, aku
percaya dia masih hidup,” tutur Yumi penuh keyakinan.
Heechul merasa hatinya iba sekaligus sedih karena Yumi yang dicintainya
masih belum bisa melupakan Park Jung Soo. “Jasadnya sudah dikebumikan bersama
jasad prajurit lainnya! Kenapa kau masih saja belum bisa menerimanya? Mau
sampai kapan kau menunggu orang yang sudah mati, huh?” sahut Heechul yang
mendadak emosi.
Mata Yumi mulai berkaca-kaca. Ada perasaan sakit saat mendengar ucapan Heechul
tadi, “Apa hakmu mengatakan itu? Aku bilang aku yakin oppa masih hidup! Aku
akan menunggu sampai dia menjemputku. Bahkan kalau sampai dia berada di neraka
pun aku akan menyusulnya!” rutuk Yumi yang juga terbakar emosi.
Heechul langsung memaksa memeluk Yumi. Gadis itu berusaha mengelak,
tapi Heechul tetap memaksa, “Dia sudah pergi. Kau juga tahu itu. Sekarang hanya
ada kau dan aku. Hanya aku yang kau miliki. Aku tidak akan membiarkanmu
terluka. Aku akan menggantikan Jung Soo untuk menjagamu,” ujar Heechul. Ia
lantas melepaskan pelukannya saat ia merasa Yumi sudah tidak melakukan
perlawanan seperti tadi. Yumi sepertinya terkesima mendengar pernyataan Heechul.
“Aku benar-benar mencintaimu.
Kau harus percaya itu,” ucap Heechul tanpa menatap wajah Yumi. Yumi rupanya
malah tertawa. Ia terkekeh lucu. Ia merasa Heechul sedang bercanda. “Kenapa kau
tertawa? Kau pikir pernyataan cintaku tadi lucu, huh?” protes Heechul.
“Iya, lucu. Saking lucunya aku sekarang jadi ingin buang air kecil. Hh,
kau mau bantu aku tidak?” Yumi masih terkekeh sembari menahan hasrat ingin ke
kamar kecil.
Heechul membantu memapahnya ke kamar kecil. Saat Yumi kembali dari
kamar kecil, Heechul masih berdiri di depan pintu itu. Yumi yang kakinya masih
lemas hampir saja terjatuh dan ia ditahan oleh Heechul. Sesaat mereka saling
menatap. Yumi mendadak kikuk, terlebih lagi ia teringat Heechul baru saja
mengutarakan isi hatinya padanya meskipun ia menganggapnya lucu.
Berbeda dengan Yumi, Heechul justru tanpa berkedip menatap dalam-dalam
ke mata Yumi. “Yang aku katakan tadi itu serius. Aku ingin kau benar-benar menjadi
tunanganku dan menjadi istriku,” ucap Heechul serius tetapi juga lembut. Kedua
tangan Heechul masih menahan tubuh Yumi.
Yumi sejenak tertegun setelah mendengar pernyataan cinta Heechul, “Ini
terlalu cepat. Aku harus memikirkannya. Lagi pula aku merasa tidak enak pada
keluarga Jung Soo oppa,” ujar Yumi dengan sedikit terbata-bata.
“Ehm! Apa yang kalian lakukan di depan toilet seperti ini?” Kyuhyun
rupanya sudah kembali dengan membawa beberapa makanan. “Aku hanya membantu
memapahnya berjalan,” jawab Heechul gelagapan.
“Ooh! Eh, iya. Donghae menyampaikan salam untuk Yumi!” seru Kyuhyun. “Kenapa
dia tidak langsung menelponku saja?” Yumi bertanya-tanya karena malaikat
penjaganya itu sudah tidak lagi mengabarinya sejak lama.
“Tadi aku yang sengaja menelponnya. Mungkin dia terlalu sibuk makanya
tidak sempat menghubungimu, atau mungkin dia takut pada Heenim,” kata Kyuhyun
lantas terkekeh. “Kenapa dia harus takut padaku?” protes Heechul. “Sudahlah!
Ayo, makan! Aku sudah lapar!” seru Kyuhyun.
***
“Aerin, sudah dua minggu ini aku menggantung perasaan Kim Heechul
padaku. Aku tidak percaya dia bisa sampai menyukaiku apalagi sampai jatuh cinta
padaku. Aku ragu harus bagaimana menjawabnya. Heechul memang sangat tampan dan
juga kaya. Banyak wanita yang mengejarnya. Tapi aku masih belum berani untuk
menerimanya. Aku takut melukai perasaan Jung Soo oppa. Kalau aku sampai
menerimanya, apakah nantinya aku hanya akan mengecewakan Heechul karena hatiku
belum sepenuhnya melupakan masa laluku? Aku memang mulai menyukai Heechul karena
kebaikannya dan perhatian yang ia berikan padaku dengan caranya sendiri. Aerin,
aku tahu kau pasti menertawakanku saat ini! Tapi aku benar-benar dilema saat
ini sekaligus merasa lucu. Aku tidak pernah membayangkan kalau suatu hari akan
berpacaran dengan Kim Heechul, musuh
bebuyutanku, apalagi kalau harus menikah dengannya dan memiliki anak
darinya. Hoah! Rasanya duniaku berputar terbalik. Lihat ini, bahkan Heechul
memberiku dress untuk kupakai malam
ini. Kami akan bertemu di suatu tempat. Mungkin dia sudah tidak sabar untuk
mendengar jawabanku. Hei, maaf aku banyak bicara. Kalau saja kau ada disini
mungkin ada lebih banyak lagi yang ingin aku katakan. Hehe! Jaga dirimu, Aerin!
Aku merindukanmu!” Yumi mengirim email itu pada Aerin.
Yumi bersiap berganti pakaian dan berdandan. Ia mengenakan dress santai
yang diberikan oleh Heechul sebelumnya. Dress
itu ia padankan dengan blazer yang warnanya senada.
Heechul sudah lebih dulu berangkat dan menunggu Yumi di dekat danau.
Disana pria tampan itu tampak gugup dan tidak bisa diam. Sudah hampir satu jam Heechul
menunggu Yumi. Ia sudah hampir kecewa kalau saja gadis itu tidak datang. “Hh,
syukurlah kau datang,” ucap Heechul lega melihat Yumi berjalan mendekat
menghampirinya ke sisi danau.
“Maaf, aku membuatmu menunggu lama,” ucap Yumi. “Memang sedikit
menyebalkan, tapi seharusnya tadi kita pergi bersama saja,” kata Heechul seraya
terkekeh.
Selama beberapa saat mereka saling diam. Yumi bingung bagaimana untuk
memulai. Ia berharap Heechul bertanya lebih dulu padanya, tapi sejak tadi pria
itu juga hanya diam saja. Jadilah keduanya hanya memandangi danau dibalik
cahaya lampu-lampu dari kejauhan yang sedikit remang-remang.
“Aku lupa kita kesini untuk apa,” ucap Yumi salah tingkah. Ia terpaksa
buka suara agar suasana tidak begitu canggung, tapi rupanya malah begitu
terlihat jelas di mata Heechul kalau ia salah tingkah.
“Haha! Mana mungkin kau lupa? Ayolah, katakan sesuatu yang lain!” Heechul
tertawa dan merubah posisinya menghadap Yumi. Yumi merasa kikuk, “Jangan
menertawakanku, aku jadi canggung!” Yumi berterus terang. Pipinya tampak
sedikit memerah karena tersipu malu. “Iya, aku juga merasakannya,” sambung Heechul.
Yumi tampak menghela nafas. Ia mulai akan berbicara serius pada Heechul,
“Hh, aku... sebenarnya masih ragu untuk merencanakan masa depanku. Entah aku
akan tetap disini, bekerja dan berkeluarga di negerimu ini, ataukah mungkin aku
akan kembali ke negaraku,” ujar Yumi.
Heechul sangat antusias mendengarkan Yumi berbicara, tapi ia merasa
sedikit kecewa tentang kemungkinan Yumi akan kembali ke Indonesia, “Baiklah,
aku mengerti. Aku tidak akan memaksamu,” Heechul membuang pandangannya ke
tempat lain. Ia merasa patah hati. Padahal Yumi sama sekali belum memberikan
jawaban sebenarnya padanya.
Yumi menoleh pada Heechul, memperhatikan Heechul yang sekarang
tertunduk dan menghela nafas berkali-kali. Yumi tidak menyangka kalau Heechul
akan semudah itu menyerah, “Hanya begitu? Hanya seperti itu? Ada apa denganmu?
Bukankah biasanya kau memaksakan kehendakmu padaku?” seru Yumi pada Heechul.
Keberanian Yumi mulai terkumpul kembali saat ini. Ia meraih tangan Heechul dan
menggenggamnya.
Heechul berpaling lagi pada Yumi, “Jadi maksudmu?” Heechul terperangah.
Ia sedikit bingung dengan maksud ucapan Yumi, sedangkan Yumi hanya mengangguk
padanya. Heechul lantas tersenyum setelah ia berhasil menebak-nebak maksud dari
ucapan Yumi tadi, “Benarkah itu? Tolong yakinkan aku kalau aku tidak sedang
bermimpi!” seru Heechul gembira.
Yumi akhirnya mendekap tubuh pria tinggi itu. Ia memberikan perasaan
nyaman bagi pria yang tengah dipeluknya itu. “Aku belum bisa mencintaimu,
tapi aku rasa mungkin aku bisa mencobanya,” ucap Yumi dalam hati.
Setelahnya, Yumi dan Heechul berjalan-jalan di sekitar tempat itu.
Mereka berjalan sampai ke taman dekat danau itu. Banyak muda-mudi yang
mendatangi tempat itu untuk sekedar bermalam mingguan. Yumi duduk di sebuah
bangku taman dan Heechul juga menyusulnya duduk di sebelahnya. Bunga-bunga
cherry blossom berguguran menambah romantisme suasana malam ini.
Diam-diam Yumi mengamati sosok Heechul dan tersenyum sendiri, “Kau tahu
tidak? Rasanya lucu kau tiba-tiba mengutarakan cinta padaku. Padahal kita tidak
pernah akur. Kalau mengingat masa-masa kuliah selalu membuatku tertawa dan juga
kesal padamu,” tutur Yumi seraya memandangi keindahan langit malam ini.
“Haha! Iya, aku juga selalu tertawa kalau mengingatnya. Tapi, bagaimana
dengan keluarga orang itu? Apa kau akan memberitahu mereka?” kata Heechul
menyinggung soal keluarga Park Jung Soo.
“Iya. Sebetulnya aku merasa seperti seorang pengkhianat, tapi akan
lebih baik kalau mereka tahu,” ujar Yumi. “Kau bukan pengkhianat. Jangan pernah
berpikiran seperti itu! Kau juga, kan harus bahagia dengan kehidupanmu yang
sekarang. Aku yakin mereka akan mengerti,” ujar Heechul menyemangati Yumi.
Yumi menoleh dan tersenyum pada Heechul. Heechul melihat pasangan yang
berjalan berpegangan tangan di depan mereka. Tiba-tiba saja mata Heechul
tertuju pada lengan Yumi. Ia juga ingin bisa menggenggam tangan gadisnya seperti
itu. Heechul yang gugup mencoba untuk memberanikan diri meraih tangan Yumi.
Tangan yang dulu selalu ditariknya dengan paksa kemanapun ia mau. Diluar dugaan
justru malah Yumi lebih dulu menyandarkan dirinya di bahu Heechul. Heechul
lagi-lagi terperangah.
Yumi sedikit mengangkat wajahnya ketika menoleh pada Heechul, “Tidak
apa-apa, kan? Aku merasa nyaman saat pertama kali kau melakukan ini ketika aku
sakit,” ujar Yumi. Heechul menjadi salah tingkah, tapi ia akhirnya berhasil
memberanikan diri meraih tangan Yumi sedangkan lengannya yang lain merangkul
tubuh gadis itu.
“Kita jadi seperti orang pacaran sungguhan, ya?” Yumi terkekeh. Heechul
juga tertawa mendengar kata-kata Yumi itu. Di sekitar mereka, di taman itu
memang banyak pasangan yang sedang berpacaran. Tapi tiba-tiba Yumi membenarkan posisi
duduknya, “Kita pulang saja. Aku merasa tidak enak badan,” kata Yumi yang langsung
berdiri. Entah kenapa, tapi Yumi merasa masih belum bisa menyesuaikan diri
dengan Heechul. Heechul sedikit kecewa, “Baiklah, kita pulang!” seru Heechul
seraya memaksakan tersenyum.
***
PART 9
PART 11
PART 9
PART 11
Buat yang baca, minta komentarnya,
ya! Jangan jadi pembaca bisu. hehehe =D
Cerita ini murni hasil kretifitas
author yang juga sebagian diambil dari adegan di mimpi Author. Hihii! Maaf
kalau ada alur yang rada gak jelas, typo, dan nama-nama yang gak disukain.
Intinya.. niat Author cuma mau nyalurin hobi menulis plus menghibur orang-orang
yang senang membaca fanfic =)
Gomawo chingu! =)
0 komentar:
Posting Komentar