Sabtu, 08 Maret 2014

Fanfic Super Junior: Yeppeun Namja Part 6

Judul                     : Yeppeun Namja
Genre                   : Drama, Romantic
Author                  : Lee Ara

Cast                      : Ayumi (Yumi), Park Jung Soo (Leeteuk), Kim Heechul, Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Aerin, Yesung, Jessica

Hari ini akhirnya tiba. Hari dimana Park Jung Soo akan segera memulai aktivitas militernya sebagai prajurit Park Jung Soo. Yumi menepati janjinya untuk mengantar kepergian Jung Soo ke camp militer. Park In Young, kakaknya Jung Soo dan juga ibunya ikut mengantar kepergian Jung Soo ke camp.
“Terima kasih, kau sudah datang,” kata Jung Soo seraya tersenyum. Jung Soo merasa sangat lega bisa bertatap muka dengan gadis itu sebelum ia benar-benar pergi melaksanakan wajib militernya selama dua tahun kedepan.
Yumi mengangguk dan balas tersenyum. Ibunya Jung Soo dan juga In Young menyingkir untuk memberi kesempatan bagi anaknya berbicara pada Yumi.
“Oppa tampan juga dengan rambut pendek,” puji Yumi. Dalam hati Yumi bersedih karena harus melepas pria yang dicintainya itu, terlebih status mereka berdua sekarang sudah berbeda. Yumi merasa benar-benar telah kehilangan nyawa hidupnya, yaitu Park Jung Soo.
Jung Soo terkekeh seraya mengusap rambut barunya itu. Melihat Jung Soo yang sepertinya sudah siap untuk menjalani pelatihan militer hati gadis itu mendadak kembali tersayat. Jung Soo perlahan menarik Yumi dalam pelukannya. Seketika itu juga tangisan Yumi yang sejak tadi ditahan akhirnya pecah dalam pelukan makhluk berlesung pipi itu.
“Jangan bersedih. Kau cukup do’akan aku setiap hari agar kita bisa kembali bersama,” ucap Jung Soo seraya mengusap punggung Yumi. Sebenarnya Jung Soo ingin mengatakan kalau ia sudah melupakan semua masalah yang telah mengganggu hubungan mereka dan ingin kembali pada gadisnya itu.
Yumi merasa hatinya benar-benar tersayat, “Rasanya dadaku sesak,” ucap Yumi dalam tangisnya. Tubuhnya bergetar dalam dekapan namja berlesung pipi itu. Ia berharap Jung Soo tidak melepaskan pelukannya.
“Maafkan aku. Mau bagaimanapun aku tetap tidak bisa melupakanmu. Aku mencintaimu,” ucap Jung Soo mengutarakan perasaannya yang sebenarnya pada Yumi. Ia melepaskan Yumi dari rengkuhannya. Namja itu meraih sesuatu di dalam saku mantelnya. Ia mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah. Jung Soo berlutut di hadapan Yumi. “Maukah kau menikah denganku?” Jung Soo rupanya melamar Yumi dengan cincin yang telah ia siapkan di kotak kecil merah itu.
Yumi terperangah tidak percaya sampai-sampai ia menutupi mulutnya yang saat ini tengah menganga, “Oppa tidak bercanda? Bukankah...,” ucap Yumi tanpa melanjutkan kalimatnya.
Jung Soo kembali bangkit berdiri, “Aku ingin memaksamu hanya mencintaiku seorang, apa aku terlalu egois memintamu seperti itu?” kata Jung Soo berterus terang seraya memegangi kedua bahu Yumi. Ia menatap Yumi lekat-lekat. Ia sudah sangat merindukan gadis itu, dan hari ini mereka harus terpisah dalam waktu yang cukup lama, dua tahun.
Yumi terharu. Ia lantas mengangguk seraya menggigit bibir bawahnya, “Aku selalu melakukannya. Sejak menjadi kekasihmu, disini hanya ada nama Park Jung Soo, tidak ada yang lain,” ucap Yumi seraya menepuk dadanya sendiri sambil menatap dalam-dalam mata Jung Soo.
Tanpa sadar air mata Jung Soo menetes terlebih lagi Yumi membaurkan dirinya ke dalam dekapan namja itu dan membuat suasana semakin haru.
Yumi mengeratkan pelukannya untuk mendapat kenyamanan yang selalu ia terima dari pelukan seorang Jung Soo, “Kenapa oppa baru memaafkanku? Oppa membuat kita terpisah padahal waktu kita untuk bersama tidak lama lagi,” protes Yumi.
“Maafkan aku,” ucap Jung Soo.
“Meskipun begitu aku tetap akan menunggu oppa. Berjanjilah oppa akan tetap mencintaiku dan mengingatku,” pinta Yumi.
Jung Soo mengangguk. Ia lantas menarik lembut kepala Yumi dan mencium kening yeoja itu penuh kasih sayang, “Kau belum menjawab, apakah kau mau menikah denganku atau tidak?” tanya Jung Soo mengingatkan kembali soal lamarannya tadi.
“Iya, aku mau! Pasti aku mau! Aku mau menjadi istri oppa!” seru Yumi dengan raut wajah bahagia.
Jung Soo langsung terlihat sumringah. Ia meraih tangan Yumi dan melingkarkan cincin di jari manis yeoja yang dicintainya itu. Setelahnya, mereka kembali berpelukan dengan sangat erat seolah tidak ingin terpisah.
“Anakku...,” panggil ibunya Jung Soo yang berlinangan air mata. Jung Soo langsung menghampiri ibunya dan memeluknya dengan erat, begitu juga dengan In Young.
“Jaga dirimu. Makanlah dengan baik,” pesan ibu Jung Soo. Jung Soo mengangguk seraya menahan linangan air matanya.
“Jangan sampai sakit lagi. Usahakan tidur yang cukup agar punggungmu tidak sakit lagi. Lakukan tugasmu dengan baik,” tambah In Young yang juga berlinang air mata.
“Iya, Kak...,” jawab Jung Soo seraya menahan tangis.
“Jung Soo-ya, anakku. Kabari kami kalau kau bisa,” pinta ibu. “Ne, eomma...,” jawab Jung Soo. Akhirnya mereka benar-benar melepaskan Jung Soo untuk mengikuti wajib militer.

***

“Kau mau mengajakku kemana, sih?” protes Yumi yang lagi-lagi merasa dirinya diculik oleh Heechul. Ternyata Heechul membawanya ke sebuah butik. Butik ini menjual pakaian-pakaian branded milik perusahaan keluarga Kim.
“Kenapa kita kesini?” tanya Yumi bingung bercampur takjub karena baru kali ini ia masuk ke dalam butik semewah ini. Hanya dengan melihat dari jauh saja sudah ketahuan kalau baju-baju yang dijual disini sangat mahal.
“Besok perayaan ulang tahun kampus. Masa kau lupa? Aku mau membeli pakaian. Kau juga pilihlah pakaian yang kau sukai,” terang Heechul. Ia langsung sibuk memilih baju dengan pelayan butik mengelilingi dirinya.
Yumi pergi melihat-melihat sendiri isi butik itu. Matanya menjelajah menjamahi setiap helai pakaian yang tergantung rapi di butik itu. Akhirnya ia tertarik pada satu dress cantik berwarna merah. Yumi mendekati gaun itu. Dibelainya, ternyata kainnya sangat halus. Memang kualitas pakaian di butik ini sangat bagus. Yumi tiba-tiba teringat sesuatu, ia mencari sesuatu yang menempel di gaun itu. Yumi langsung terperangah saat melihat label yang menempel di gaun itu. Harga gaun itu mahalnya bukan main, “Astaga! Mahal sekali!” gumam Yumi.
Yumi mendekati Heechul untuk membisikkan sesuatu, “Hei, disini tidak ada pakaian yang aku suka,” bisik Yumi pada Heechul. “Benarkah? Padahal pakaian disini bagus-bagus,” kata Heechul yang berbicara tanpa berbisik hingga semua orang bisa mendengarnya.
Yumi jadi merasa tidak enak pada pelayan dan pemilik butik itu, “Hei, jangan bicara sekeras itu! maksudku pakaian disini bagus-bagus, tapi juga mahal-mahal. Aku tidak punya uang untuk membayar satu pakaianpun,” bisik Yumi lagi seraya mencubit gemas tangan Heechul.
Heechul langsung menepis tangan Yumi dan mengusap cepat bekas cubitan Yumi yang memerah, “Bilang saja dari tadi kalau kau tidak punya uang! Tidak usah mencubitku seperti tadi, sakit tahu!” protes Heechul semakin membuat Yumi malu. Yumi mendengus kesal dan berbalik meninggalkan Heechul.
Belum sempat melangkah satu langkah, Heechul menahan tangan Yumi, “Pilih saja mana yang paling kau sukai, tidak usah memikirkan bagaimana membayarnya,” kata Heechul membuat Yumi terdiam sejenak.
“Aku tidak mau!” Yumi menepis lengan Heechul dan langsung pergi meninggalkan butik itu.
Yumi berjalan sendirian setelah ia meninggalkan Heechul di butik tadi. Ia sangat kesal pada Heechul yang telah membuatnya malu di depan orang-orang butik tadi. Tiba-tiba saja Yumi jadi teringat lagi pada Jung Soo. Ia memandangi jari manisnya yang sekarang telah dilingkari oleh cincin pemberian Jung Soo. Yumi tersenyum malu-malu memandangi cincin itu. Tiba-tiba sebuah mobil memberi klakson berkali-kali.
“Hei, perempuan bodoh! Kenapa kau tertawa sendirian disana, huh? Apa kau sudah gila? Ayo, cepat masuk!” ternyata itu Kim Heechul, pangeran yang menyebalkan tetapi tampan. Ah, tidak! Maksudnya cantik, karena wajahnya memang cantik.
“Hei, kapan Donghae akan kembali?” tanya Yumi setelah ia berada di dalam mobil bersama Heechul. Hari ini Heechul tidak membawa supir, jadi ia sendiri yang menyetir.
“Kenapa hari ini kau terus menanyakan Donghae, huh?” protes Heechul.
“Memangnya tidak boleh? Dari awal personil Prince hanya dia yang benar-benar baik padaku,” timpal Yumi.
“Aku memberimu pekerjaan, mengijinkanmu naik mobilku, memberimu tumpangan di rumahku, kau pikir aku kurang baik apalagi, huh? Tidak sembarang orang bisa menginjak rumahku, tahu!” sahut Heechul bersungut kesal.
“Iya, aku mengerti! Kita mau kemana lagi?” tanya Yumi.
“Kita akan menjemput Donghae ke bandara. Kyuhyun sudah lebih dulu sampai disana,” ujar Heechul.

***

Di hari minggu pagi di kediaman Kim Heechul. Yumi pagi ini harus mencuci pakaian tuannya. Ia masuk ke dalam kamar Heechul untuk mengambil beberapa pakaian kotor. Beberapa saat ia sempat terkesima melihat ukuran kamar Heechul yang sangat besar, tapi keadaan tempat tidur sang pangeran sangat berantakan. Maklum saja, semalam ia habis minum-minum bersama Kyuhyun, sedangkan Yumi dan Donghae harus menonton dua namja kulit putih susu itu bersaing adu kuat minum. Alhasil sekarang Heechul tidur dalam keadaan berantakan.
Sekilas Yumi memperhatikan namja yang masih tertidur di tempat tidur mewahnya itu. Ketika ia tidur sepertinya sosoknya benar-benar pendiam dan manis, padahal saat membuka matanya namja yang satu ini sangat pedas mulutnya. Yumi berpaling untuk segera mengambil pakaian kotor agar bisa keluar dari kamar itu.
“Tunggu...,” Heechul menahan tangan Yumi dengan satu tangannya dan satu tangan lainnya mengucek-ngucek matanya yang masih mengantuk. “Aku pikir kau masih tidur,” kata Yumi yang terkejut melihat Heechul ditambah namja itu tidak mengenakan atasannya sehingga tubuh bagian atasnya terekspos nyata di depan yeoja itu.
“Apa yang kau lakukan di kamarku?” tanya Heechul. “Aku mau mencuci pakaian kotormu,” jawab Yumi. “Huh? Oh, iya. Aku lupa kalau kau sekarang pelayan di rumah ini,” jawab Heechul enteng membuat Yumi merasa terhina dengan ucapannya itu. Yumi mendengus kesal. Ia menepis tangan Heechul sekuatnya lalu berbalik untuk melakukan tugas yang seharusnya sejak tadi ia lakukan.
“Ah, pelayan! Tolong buatkan aku jus jeruk,” pinta Heechul sekaligus untuk mengganggu Yumi dengan sebutan pelayan. Mendengar kata ‘pelayan’ Yumi menggeram menahan marahnya pada Heechul.
Namja itu! Semakin hari aku mengenalnya dia semakin menyebalkan dan sok berkuasa. Kalau saja aku tidak bekerja padanya sudah kutendang dia dari awal. Aku memang menjadi pelayan di rumahnya, tapi tidak bisakah dia tidak usah memanggilku begitu? Huh, kalau bukan karena uang aku tidak mau susah-susah menahan emosi dengan bekerja pada orang seperti dia! -Yumi-
“Hei, jangan lupa nanti malam kita harus ke pesta. Berdandanlah yang cantik. Jangan membuatku malu,” kata Heechul mengingatkan pada Yumi. “Kenapa kau harus malu?” tanya Yumi. “Tentu saja aku akan malu karena gadis jelek sepertimu akan datang ke pesta bersamaku. Makanya kau harus benar-benar berdandan yang cantik. Itu juga kalau kau bisa menjadi cantik. Bahkan jika dibandingkan dengan wajahku aku masih jauh lebih cantik dari pada dirimu,” timpal Heechul sekaligus meledek Yumi. Ia semakin membuat yeoja itu marah.
Yumi mendengus kesal seprti banteng marah. “Aku tidak akan datang!” sahutnya. “Mwo? Enak saja kau bilang begitu!” protes Heechul. “Aku tidak punya pakaian bagus, aku tidak bisa berdandan. Nanti kau pasti sangat malu kalau mengajakku ke pesta itu. Pesta itu hanya untuk orang kaya, kan? Ya, sudah. Aku tidak akan datang!” Yumi mencari-cari alasan agar ia tidak usah datang ke pesta itu.
Sementara ini aku sudah selesai bekerja, karena pelayan di rumah ini sangat banyak jadinya aku tidak terlalu repot mengerjakan pekerjaanku. Sebenarnya Kim Heechul sudah tidak membutuhkan pelayan lagi, tapi entah kenapa dia malah merekrutku untuk bekerja disini. Aku putuskan untuk beristirahat di kamar. Tapi, saat aku mendekati tempat tidurku... gaun merah yang kemarin aku lihat di butik saat pergi kesana dengan Heechul entah kenapa bisa tergeletak pasrah di atas tempat tidurku. Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarku. Aku pikir itu Kim Heechul, ternyata seorang wanita. -Yumi-
“Maaf, anda siapa?” tanya Yumi pada wanita itu. Tampak wanita itu lebih tua darinya. “Kau Yumi, kan? Aku Heejin. Kim Heejin!” wanita itu menawarkan berjabat tangan. “Kim... Heejin?” Yumi terlihat bingung. “Iya! Aku kakaknya Heechul. Kau sudah mandi?” kata Heejin. Yumi menggelengkan kepala. “Kalau begitu mandilah! Aku akan menunggu disini,” kata Heejin begitu antusias. “Huh?” Yumi menjadi semakin bingung.
_____
Malam ini, malam perayaan ulang tahun kampus. Kampus mengadakan pesta bagi semua kalangan, baik itu mahasiswa maupun para dosen. Rektor tampan, Choi Siwon juga akan hadir malam ini.
“Nah, sekarang sudah selesai. Lihatlah hasil karyaku! Uh, kau tampak begitu cantik!” seru Heejin seraya memandangi Yumi yang kini mengenakan dress merah.
Gomawoyo. Tapi aku masih belum mengerti kenapa...,”
“Aku pikir anak itu tidak normal. Ternyata dia akhirnya menyukai wanita juga. Haha! Habisnya sejak kecil dia hanya bergaul dengan Kyuhyun dan Donghae saja. Wajar saja, kan kalau akhirnya kami menyangka dia memiliki kelainan?” terang Heejin lantas ia terkekeh karena membayangkan adiknya.
“Maksud eonni apa?” tanya Yumi semakin dibuat bingung oleh kata-kata Heejin. “Ah, dwaesseo! Lupakan saja. Heechul pasti sudah menunggumu. Apa kau tahu? Untuk pesta ini dia sampai sengaja memintaku kemari untuk me-make over dirimu, Yumi-ssi. Padahal aku sedang berlibur di Jeju. Tapi setelah aku tahu alasannya adalah dirimu, aku sama sekali tidak keberatan jauh-jauh datang kemari,” ujar Heejin seraya tersenyum lembut.
Yumi dan Heejin akhirnya keluar dari kamar Yumi. Benar saja, Heechul sudah menunggu di ruang tamu. Sepertinya namja itu sudah tidak sabaran. Yumi dan Heejin semakin mendekat pada Heechul, “Hei, Tuan Putrimu sudah tiba. Apa kau tidak ingin melihatnya, huh?” seru Heejin pada Heechul yang sedang memainkan ponselnya.
“Kenapa lama se... ka ... li?” Heechul terbelalak terpana tidak percaya pada penglihatannya. Terlihat ia menelan ludah. Ekspresi Heechul membuat Heejin tertawa geli, “Hei, lap dulu air liurmu!” goda Heejin.
Refleks Heechul mengerucutkan bibirnya, “Kerja nuna lumayan juga. Ayo, kita berangkat!” Heechul berpura-pura dingin. Ia langsung berbalik badan dan berjalan sendiri meninggalkan Yumi dengan Heejin. “Lumayan apanya? Ekspresimu tadi menunjukkan kalau ini lebih dari lumayan!” timpal Heejin sebal pada komentar Heechul yang kurang memuaskannya.
“Eonni, aku pamit, ya!” Yumi terburu-buru menyusul Heechul dengan langkah kaki yang kikuk karena tidak terlalu terbiasa mengenakan stiletto heel.
Di dalam mobil. Yumi tidak bisa diam. Ia merasa canggung harus datang ke pesta seperti ini. Memang selama hidupnya ia tidak pernah datang ke pesta selain pesta pernikahan dan pesta ulang tahun temannya dan itupun pesta yang biasa-biasa saja.
Yumi memperhatikan Heechul, “Heechul-ssi...,” panggil Yumi membuat Heechul yang sejak tadi diam saja itu menoleh padanya. Yumi tampak grogi, “Aku ingin kembali saja,” kata Yumi dengan suara sedikit bergetar.
Mwo? Cih! Baboya!” umpat Heechul.
“Heechul-ssi, aku belum pernah datang ke pesta. Aku tidak tahu harus melakukan apa nanti. Aku juga masih canggung bertemu teman-teman kampus,” ujar Yumi membuat perhatian Heechul sedikit tertuju padanya.
Heechul tampak menarik nafas, “Pegang saja tanganku. Tidak akan terjadi apa-apa padamu. Hanya itu yang perlu kau lakukan. Kau cukup memegang tanganku selama pesta nanti,” kata Heechul. Heechul kembali fokus pada ponselnya.
Yumi berpikir sejenak, “Kalau fansmu nanti marah lagi bagaimana?” tanya Yumi. Sialnya Heechul mengacuhkannya. Namja itu tetap fokus pada ponselnya. Yumi mencibir namja itu diam-diam.
Akhirnya mereka sampai di kampus. Aula gedung universitas ternama di Korea Selatan ini diubah menjadi ruangan pesta dansa yang menawan dan elegan. Para gadis mengenakan pakaian yang mahal dan cantik. Ini membuat Yumi merasa rendah diri meskipun sebenarnya gaun yang ia kenakan juga mahal dan sangat cantik.
Kaja! Kyuhyun dan Donghae sudah menunggu di dalam,” ajak Heechul. Yumi tampak belum siap untuk masuk ke dalam sedangkan Heechul sudah lebih dulu melangkahkan kakinya. Yumi refleks mengejar namja itu. Ia meraih tangan Leader Prince itu dan menggenggamnya dengan erat.
Ada apa ini? Kenapa detak jantungku secepat ini? Padahal ini bukan pertama kalinya aku memegang tangannya, tapi kenapa saat dia yang melakukannya aku malah seperti ini? Aku menoleh padanya dan melihat wajah gugupnya. Di balik wajah Indonesianya itu dia ternyata sangat cantik dan terlihat innocent. Kenapa aku bisa mengatakan kalau gadis ini cantik? Gadis-gadis lain yang selama ini mengelilingiku bahkan lebih cantik darinya. Tapi entah kenapa tubuhku seakan gemetar kalau aku berada di dekatnya. Rasanya juga sulit untuk bernafas. Apa aku sakit? Mungkin aku harus segera menemui dokterku. -Heechul-
“Aku siap!” suara Yumi membuyarkan lamunan Heechul. Mereka berdua akhirnya masuk ke ruangan pesta. Saat Heechul memasuki ruangan itu langsung saja para wanita menoleh padanya dan menyapanya. Rupanya mereka mencoba menarik perhatian Sang Pangeran.
“Ya, Heenim-ah! Siapa yang kau bawa ini?” seru Kyuhyun. “Entahlah. Aku lupa namanya,” jawab Heechul sekenanya. Heechul terlihat sangat cuek, sementara Yumi terus saja menggenggam tangan pria cantik itu sambil matanya menjelajah ke seluruh ruangan pesta.
Donghae tampak mengamati betul-betul wajah Yumi. Rupanya ia juga tidak mengenali yeoja yang digandeng oleh Leader Prince itu. “Omo! Bukankah kau Yumi-ssi?” seru Donghae tidak percaya. Kyuhyun refleks menoleh pada Donghae dan Yumi, “Mwo? Maldo andwae! Benarkah kau Yumi-ssi?” Kyuhyun menghampiri Yumi yang tersipu karena dua namja itu.
Maja! Dia Yumi-ssi! Aneh sekali, aku bahkan tidak mengenalimu,” kata Donghae seraya menatap pangling pada sosok Yumi. “Iya, benar. Aku juga tidak mengenalinya. Eh, tapi kenapa kau terus memegang tangan Heenim? Aah, jangan-jangan sudah tumbuh cinta karena terbiasa, ya?” goda Kyuhyun.
Heechul jadi merasa malu karena digoda seperti itu oleh Kyuhyun. “Lepaskan tanganmu!” perintah Heechul pada Yumi. Ia tiba-tiba jaim. “Shirheo!” jawab Yumi nyolot. Heechul balik melotot, “Lepaskan! Disini hanya ada Kyuhyun dan Donghae. Kau tidak perlu memegangiku terus, kan?” sahutnya. “Shirheo! Kau sendiri yang memintaku agar jangan melepaskan tanganmu!” timpal Yumi membuat Heechul mendengus kesal.
“Heenim, benarkah kau mengatakan itu? Ah, aku sudah menduga dari awal kalau akhirnya akan begini. Bagaimana tidak, kalian bahkan sekarang tinggal bersama!” seru Kyuhyun yang langsung mendapat pelototan dari mata Heechul.
Donghae seperti mendapat syok, “Apa? Kau dan Yumi? Apa yang aku dengar itu sungguhan?” Donghae tampak terkejut dan tidak percaya, tapi pemandangan di depan matanya sekarang sudah cukup menjadi bukti tentang kedekatan Yumi dengan Heechul.
“Maaf, aku keceplosan. Tapi bukankah tidak apa-apa? Lagi pula hanya kita yang mengetahui ini,” sesal Kyuhyun. “Kau ini tidak bisa dipercaya!” omel Heechul yang lantas membuang pandangannya jauh-jauh dari Kyuhyun. Heechul melihat sosok Choi Siwon di balik kerumunan.
“Aku mau menemui Tuan Choi. Kau disini saja bersama dengan Donghae dan Kyuhyun,” kata Heechul. Yumi akhirnya melepaskan tangan Heechul dan membiarkannya pergi.
“Jadi karena itu kau datang menjemputku bersama dengan Heenim? Kenapa tidak ada yang memberitahuku?” tanya Donghae pada Yumi. “Aku tidak tahu soal ini. Aku kira kau sudah tahu,” jawab Yumi.
“Aku mau mengambil minuman, ya!” kata Kyuhyun pada Donghae dan Yumi. Sekarang hanya tinggal Yumi dan Donghae.
“Kau mau berdansa?” tanya Donghae sekaligus sebagai permintaan. “Aku tidak bisa berdansa,” jawab Yumi kikuk. “Mudah saja. Kau hanya perlu mengikutiku,” Donghae menarik Yumi ke lantai dansa bergabung dengan orang-orang disana.
Donghae mengajari dan menuntun Yumi untuk berdansa. Alunan lagu yang ceria menumbuhkan suasana gembira bagi semua yang hadir. Dari kejauhan, Heechul meskipun sedang mengobrol dengan Choi Siwon, tetapi matanya tidak lepas dari Yumi dan Donghae yang sedang asik berdansa.
“Kau tahu tidak? Tadinya aku pikir kau pacaran dengan Heenim,” kata Donghae. “Oh, pasti karena aku terus memegang tangannya!” timpal Yumi. “Eoh! Aku bilang padanya kalau aku merasa gugup dan dia memintaku untuk memegang tangannya supaya aku tidak gugup,” terang Yumi.
“Heenim bilang begitu?” Donghae terkekeh. Dalam pikiran Donghae, ia merasa aneh mendengar cerita Yumi. Heechul bukanlah orang yang seperti itu. “Lagunya sudah habis. Aku haus,” kata Yumi. Donghae mengerti. Ia mengajak Yumi menyingkir dari lantai dansa dan mengambil minuman untuk Yumi dan dirinya.
Heechul berjalan menghampiri Yumi dan Donghae yang tengah berbincang-bincang riang sambil menyesap minuman mereka. Kyuhyun juga dari sisi lain berjalan mendekat pada Donghae.
“Heenim-ah, kau mau minum?” tawar Donghae saat melihat Heechul semakin mendekat. “Ani. Aku sudah banyak minum disana bersama Tuan Choi,” jawab Heechul. Heechul memperhatikan Yumi yang bahkan enggan untuk sekedar melirik padanya, “Ayo, kita berdansa!” Heechul menarik tangan Yumi tiba-tiba.
Donghae dengan sigap mengambil alih gelas minuman dari tangan Yumi. “Kenapa dia?” tanya Kyuhyun yang merasa aneh dengan sikap Heechul. “Entahlah. Bukankah kau yang lebih dekat dengannya?” jawab Donghae.
Heechul membawa Yumi ke lantai dansa. Semua mata tertuju pada mereka. Mayoritas memandang sinis pada pasangan itu dan sebagian besar wanita menatap iri pada Yumi. Yumi menyadari ia sedang diserbu sorot mata tajam nan marah dari para pengagum Kim Heechul, makanya ia merasa risih dan tidak aman.
“Apa yang kau lakukan? Kau tidak lihat sorot mata mereka seolah mau membunuhku?” protes Yumi setengah berbisik. “Apa peduliku? Aku hanya ingin berdansa,” jawab Heechul enteng. Lagunya yang tadinya riang sekarang berganti romantis. Ini membuat pipi Heechul mendadak memerah tersipu, “Sial! Kenapa lagunya berubah?” gumam Heechul.
“Hei, Prince. Aku ini tidak bisa berdansa,” bisik Yumi.
“Lingkarkan saja tanganmu ke leherku atau taruh di bahuku,” perintah Heechul meskipun ia sebenarnya gugup saat ini. Dengan ragu-ragu Yumi mencoba menuruti apa yang diperintahkan Heechul. Heechul meletakkan tangannya di pinggang yeoja itu sambil sesekali menyentuh punggung yeoja itu. Keduanya tampak kikuk, tapi beberapa saat kemudian mereka mulai terbiasa. Seraya berdansa, mereka juga mengobrol sambil berbisik agar orang lain tidak bisa mendengarnya.
“Kalau sampai fansmu membunuhku, tolong kabarkan kematianku pada oppaku,” ucap Yumi di telinga Heechul. Angin yang berhembus dari mulut Yumi membuat Heechul sedikit bergidik. “Selama berada di sisiku tidak akan ada yang berani mendekatimu,” jawab Heechul percaya diri.
“Memangnya aku harus mengikutimu kemana-mana, huh?” protes Yumi. “Semua orang sudah termakan gosip murahan tentang kita. Mereka pasti akan segan mendekatimu,” kata Heechul. “Bagaimana kalau malah sebaliknya?” timpal Yumi.
“Biarkan saja mereka. Kenapa kau peduli sekali pada omongan orang lain, sih?” omel Heechul. “Aku bukannya peduli pada mereka, tapi aku merasa tidak aman. Sejak mengenalmu selalu saja masalah berdatangan menghampiriku. Lama-lama aku bisa gila,” ujar Yumi.
“Ingatlah kau tinggal dimana sekarang,” sambung Heechul yang lagi-lagi mengungkit soal hal itu. Yumi kesal, “Iya, aku tahu aku menumpang padamu! Eh, Kim Heechul. Aku tidak tahu kalau kau membeli gaun ini untukku. Kenapa kau bisa tahu kalau aku menyukai gaun ini?” Yumi setengah tersipu.
“Tentu saja aku tahu. Kau, kan terus memandangi gaun itu saat di butik,” timpal Heechul. “Begitu? Terima kasih,” ucap Yumi tulus seraya sedikit tersipu. Ia tidak menduga kalau Heechul memperhatikannya saat di butik kemarin. Ia harus mengakui kalau majikannya ini cukup perhatian padanya meskipun sifat menyebalkannya juga tidak pernah hilang.
Heechul tidak menjawab. Tanpa sadar ia mengeratkan pelukannya pada Yumi menekan tubuh Yumi hingga lebih merapat padanya. Heechul mungkin sudah tidak bisa menahan gengsinya lagi saat ini. Ia dengan tangan terbuka mau berdansa dengan pelayannya sendiri.  Heechul merasa dirinya sudah hampir gila, tapi ia juga tidak ingin melewatkan kesempatan ini.
“Hei, lihat itu! Sepertinya Heenim kita sedang jatuh cinta,” kata Donghae yang sejak tadi memperhatikan Yumi dan Heechul. “Hum, sepertinya begitu. Aku sudah merasa ada yang aneh padanya. Dia meminta Yumi untuk tinggal di rumahnya, ya meskipun sebagai pelayan di rumah itu. Tapi aku merasa ada yang berubah pada Heenim kita,” terang Kyuhyun.
“Tunggu! Apa maksudmu dengan pelayan?” tanya Donghae. “Yumi-ssi bekerja pada Heenim sebagai pelayan di rumahnya. Gadis itu tidak punya tempat tinggal dan tidak punya pekerjaan. Makanya Heenim mau menampungnya. Tapi menurutku Heenim kita tidak biasanya sebaik itu pada orang lain,” tambah Kyuhyun.
“Hanya beberapa hari di Jepang tapi aku sudah ketinggalan berita,” Donghae jadi tidak bersemangat. Ia sedikit tidak percaya kalau Yumi sekarang tinggal dengan sahabatnya yang terkenal paling egois dan kasar, Kim Heechul.
Heechul dan Yumi berjalan mendekati Donghae dan Kyuhyun. Heechul mengambil minuman lalu duduk di sebelah Donghae. “Kau sudah bisa minum lagi sekarang?” Kyuhyun terkekeh mendengar kata-kata Donghae pada Heechul. “Sehabis berdansa kau mulai haus rupanya,” tambah Donghae.
“Aku mau ke kamar kecil dulu,” kata Yumi pada Heechul. Heechul menggangguk seraya tangannya memberi kode agar Yumi segera pergi. “Tidak apa-apa kau pergi sendiri? Bukankah kau bilang kau takut?” kata Donghae pada Yumi. “Ah, kalau hanya ke kamar kecil tidak apa-apa,” jawab Yumi.
Di toilet. Yumi sedang menyalakan keran untuk mencuci tangannya. Aerin muncul di belakang Yumi dengan sorot kebencian di matanya. Aerin seolah jijik melihat mantan sahabatnya itu. bermacam-macam kutukan rasanya ingin dituahkan pada yeoja itu. “Dasar sok baik!” batin Aerin pada Yumi.
Seorang perempuan lainnya menyusul di belakang Aerin. Perempuan itu diketahui bernama Jessi. Jessi adalah seorang model majalah yang juga berkuliah di universitas itu. Jessi memiliki paras yang cantik dan tubuhnya tinggi semampai. Rambut panjangnya dicat pirang. Perutnya yang rata dan ramping semakin menambah kesempurnaan fisiknya. Tapi rupanya kedatangan Aerin dan Jessi adalah untuk menyerang Yumi.
“Berani sekali kau datang ke pesta ini? Kau tidak tahu malu, ya? Pesta ini hanya untuk orang berkelas,” sahut Jessi seraya menerkam wajah Yumi. Gadis berdagu lancip itu menekan rahang bawah Yumi kuat-kuat.
“Heechul yang mengajakku kesini. Ini pesta untuk umum, jadi tentu saja aku berhak untuk datang kemari,” jawab yumi sedikit terbata-bata. “Alah! Tidak usah banyak bicara, kau wanita perebut kekasih orang! Murahan!” Aerin menjambak rambut Yumi membuat yeoja itu berteriak kesakitan.
“Berani sekali kau setelah merebut pacar temanku dan sekarang kau merebut milikku!” kata Jessi dengan penuh emosi. “Aku tidak pernah merebut siapapun!” kelak Yumi.
Aerin yang merasa jengah lagi-lagi menarik rambut Yumi. Jessi menyalakan keran dan menutup lubang wastafelnya dilanjut oleh Aerin yang langsung menelungkupkan wajah Yumi ke bawah keran sampai kepala yeoja mantan sahabatnya itu terendam oleh air. Mereka tertawa puas saat melakukan penyiksaan itu.
Yumi yang diperlakukan semena-mena mencoba berteriak minta untuk dilepaskan dan meminta pertolongan, tapi posisinya yang seperti itu menyulitkan dirinya. Ia sudah hampir kehabisan nafas di dalam air. Ia terus meronta-ronta sampai akhirnya Aerin kembali menjambak rambutnya hingga ia terbebas dari air.
Yumi jatuh terduduk di lantai dengan terbatuk-batuk. Kondisinya sekarang ini sangat berantakan. Ia ingin menangis tapi tidak dilakukannya, “Kenapa kau lakukan itu Aerin? Apa salahku padamu?” kata Yumi dengan nafas tersengal-sengal. Mata Yumi terlihat memerah.
“Kesalahanmu adalah karena Yesung lebih memilih dirimu dari pada aku! Karena kau juga telah membuatku seperti wanita rendahan di mata Yesung! Selama berpacaran denganku kau pikir dia mencintaiku, huh? Aku setiap hari harus menahan sakit hati karena dia selalu mengingatmu tetapi ia selalu berpura-pura mencintaiku! Aku sudah tahu semuanya! Rencana yang kau buat dengan Yesung, aku sudah tahu! Kau puas sekarang? Puas melihatku jatuh?! Cih, apa maksudmu melakukan itu padaku, huh? Apa kau pikir aku butuh belas kasihanmu, huh? Kau hanya menghinaku!” Aerin panjang lebar mengutarakan kemarahannya.
“Tidak, bukan seperti itu! Aku tidak bermaksud menghina atau merendahkanmu. Aku dan dia tidak pernah bermaksud menyakitimu, Aerin! Aku menyayangimu, tolong mengertilah! Berikan waktu pada Yesung oppa untuk bisa mencintaimu!” kelak Yumi mencoba menjelaskan.
“DIAM! Berikan waktu katamu? Jadi kau bangga karena dia lebih memilihmu dari pada aku?! Wanita rendahan!” Aerin yang emosinya begitu membeludak langsung mendekati Yumi untuk membentur-benturkan kepala Yumi ke lantai. Jessi juga tidak tinggal diam. Ia menarik dan mencengkram tangan Yumi hingga terluka. Berbagai sumpah serapah mereka tujukan pada Yumi.
“Kau harus menyesal karena sudah mengganggu ketenangan kami berkuliah disini! Perempuan miskin! Mau kuliah saja harus mengharapkan bea siswa. Masih untung kau bisa kuliah disini. Jangan berharap kau bisa mendapatkan pangeran-pangeran kampus ini, ya! Kau sama sekali tidak cocok bergaul dengan orang-orang seperti kami! Carilah teman yang sederajat denganmu!” ledek Jessi berapi-api.
Melihat keadaan Yumi yang kepalanya mulai berdarah dan sudah tidak bisa melawan lagi, Aerin dan Jessi lantas tertawa puas. Mereka mencibir Yumi. “Sudahlah. Kita tidak usah membuang tenaga lagi untuk perempuan bodoh seperti dia. Lagi pula dia juga tidak mungkin, kan masuk lagi ke pesta dengan keadaan acak-acakan seperti ini?” kata Aerin pada Jessi. Mereka meninggalkan Yumi di toilet itu.
Di dalam ruangan pesta. Donghae mulai mencemaskan Yumi. Ia terlihat tidak bisa diam dan terus-menerus melihat ke arah pintu keluar, “Hei, Heenim. Kau tidak mau mencari Yumi? Aneh sekali dia belum kembali kemari. Padahal dia sudah cukup lama berada di toilet,” tanya Donghae.
“Ah, jangan dipikirkan. Bukankah memang wanita senang berlama-lama di toilet untuk berdandan?” jawab Heechul santai dan terus saja bertanding game di ponsel dengan Kyuhyun. “Tapi Yumi, kan tidak suka berdandan. Ah, sudahlah! Aku akan mencarinya sendiri!” timpal Donghae kesal.
“Donghae-ya, kau mau kemana?” seru Kyuhyun. Kyuhyun rupanya mengikuti Donghae disusul dengan Heechul. Ia juga jadi merasa khawatir pada yeoja pelayannya itu.
Sesampainya di depan toilet wanita, Donghae dan Kyuhyun memanggil-manggil nama Yumi tapi tidak ada sahutan dari dalam. Seorang yeoja yang kebetulan teman sekelas Donghae dan Heechul keluar dari sana.
“Maaf, apa kau melihat Yumi disana?” tanya Donghae.
“Dia tidak ada di dalam,” jawab yeoja itu.
“Mungkinkah dia melarikan diri?” Heechul bertanya-tanya sendiri.
Sementara itu di luar sana, di depan kampus, Yumi berjalan gontai seraya menangis. Ia menjinjing stiletto merahnya. Penampilannya yang tadinya cantik berubah drastis menjadi berantakan. Make up yang acak-acakan begitu juga dengan tata rambutnya yang kacau dan basah.
“Ay! Astaga, apa yang terjadi padamu?” tanpa sengaja Yumi bertemu dengan Yesung. Entah apa yang Yesung lakukan di depan kampus. Yesung berjalan mendekati Yumi dengan rasa iba. Meskipun wajah Yumi sangat kacau tetapi rupanya Yesung masih dapat mengenalinya.
“Oppa...,” Yumi membaur ke pelukan Yesung. Ia mengeluarkan tangisannya yang sampai sesengukan di pelukan Yesung. “Hei, apa yang terjadi? Kepalamu terluka,” kata Yesung prihatin. Rupanya Heechul dan kawan-kawannya juga melihat adegan ini. Trio Prince itu hanya diam melihat Yumi menangis dalam pelukan Yesung, mereka sedikit canggung tapi juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa Yumi menangis seperti itu.
“Oppa, apa salahku sampai diperlakukan seperti ini?” ucap Yumi. “Sudahlah, jangan menangis. Ayo, ikut denganku! Ceritakan padaku nanti!” kata Yesung lalu membawa Yumi masuk ke dalam mobilnya.
Heechul baru saja mau protes melihat Yesung membawa Yumi, tapi Donghae menahannya, “Biarkan saja. Dia sepertinya sangat tertekan. Mungkin terjadi sesuatu saat di toilet tadi,” kata Donghae.
“Tapi lelaki itu membawanya!” kelak Heechul tidak terima. “Biarkan saja. Dia Yesung. Mantan pacar Yumi. Kelihatannya Yumi lebih nyaman bersama dia,” terang Donghae yang rupanya mengenal Yesung. Ia pernah beberapa kali melihat Yesung menjemput Yumi saat kedua orang itu masih berpacaran.
“Apa tidak sebaiknya kita kembali lagi ke dalam?” ajak Kyuhyun. Akhirnya mereka bertiga kembali ke ruangan pesta, namun hati Heechul merasa tidak tenang. Ia penasaran kemana Yesung membawa Yumi dan apa yang terjadi sebelumnya pada Yumi.
“Hai, pangeran-pangeranku!” seorang yeoja cantik datang menghampiri para Prince. “Hai, Jessi. Aku baru melihatmu lagi,” kata Kyuhyun. “Iya, aku baru kembali dari pemotretan di Paris. Hei, Heenim! Kenapa kau tidak menyapaku?” Jessi mendekati Heechul dan berlaga menggoda leader Prince itu. Sayangnya Heechul bersikap dingin padanya dan menepis tangan Jessi yang hendak menyentuh dirinya.
“Iissh! Kau masih belum berubah juga. Oh, iya! Aku dengar selama aku tidak ada disini ada yeoja aneh yang mencoba mengganggu Heenimku,” kata Jessi. “Siapa yang kau sebut yeoja aneh itu?” sahut Heechul.
“Mungkin maksudmu Yumi, ya? Dia bukan yeoja aneh, dia teman kami,” sambung Donghae. “Oh, come on! Masa kalian mau berteman dengan orang miskin? Kuliah saja harus mengandalkan bea siswa. Apa itu tidak memalukan, huh?” Jessi berbicara dengan sangat sombongnya.
Ini tidak hanya membuat Heechul emosi tetapi Donghae dan Kyuhyun juga mulai jengah untuk bersikap baik pada yeoja ini, “Dia mendapatkan bea siswa karena prestasinya memang bagus,” timpal Donghae. “Ya, itu adalah penghargaan yang sudah sepatutnya ia terima,” tambah Kyuhyun.
“Apa ini? Para pangeran kampus sepertinya sudah terkena pengaruh buruknya,” ucap Jessi seraya mencoba membelai dada Heechul dengan genit. Heechul yang merasa kesal langsung menahan tangan lentik yeoja itu.
“Berkacalah dulu sebelum bicara. Justru kau yang membawa pengaruh buruk bagi orang-orang di sekitarmu!” ucap Heechul tepat di depan wajah Jessi. Heechul langsung mengajak Donghae dan Kyuhyun untuk meninggalkan ruang pesta. Jessi mendengus kesal karena perlakuan kasar Heechul padanya tadi.

***



Buat yang baca, minta komentarnya, ya! Jangan jadi pembaca bisu. hehehe =D
Cerita ini murni hasil kretifitas author yang juga sebagian diambil dari adegan di mimpi Author. Hihii! Maaf kalau ada alur yang rada gak jelas, typo, dan nama-nama yang gak disukain. Intinya.. niat Author cuma mau nyalurin hobi menulis plus menghibur orang-orang yang senang membaca fanfic =)

Gomawo chingu! =)


0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates